TONDANO, Kawanuapost.com – Guru Unima yang selamat dari konflik Papua pulang ke Manado, Sabtu (9/8/2014) kemarin. Rombongan ini terdiri 22 guru Sarjana Mendididik di Daerah Terluar, Tertinggal dan Terdepan (SM3T) yang diugaskan di Bumi Cendrawasih Papua.
Menurut Andre Christian Tuwo, salah seorang guru saat dihubungi via telepon menyebut sejak Jumat lalu di Sentani mereka menginap di sebuah hotel di kota tersebut. “Kami di sini tinggal di hotel, bersama mener Tommy Palapa, pembimbing kami. Di sini dia yang mengarahkan kami. Teman-teman SM3T lainnya dari Medan dan Riau pun telah sama-sama dievakuasi ke kota,” tutur guru Sejarah ini.
Andre mengatakan, ia dan teman-temannya merasa lega bisa tiba di Sentani. Menurutnya, Sentani adalah daerah aman. “Kalau di sini sudah aman, setidaknya kami sudah tenang di sini. Tadi malam akhirnya kami bisa tidur nyenyak, meski berdesak-desakkan di kamar. Empat kamar yang harus dibagi untuk kami semua,” ujarnya.
Sesampainya, mereka di sana, rombongan tersebut langsung menyerbu restoran masakan khas Manado. “Kami di sini langsung cari restoran Manado, setelah selama 11 bulan ini, terakhir kali kami makan masakan Manado waktu Natalan ke rumah orang Manado di Wamena. Di sini kami makan tinutuan (Bubur Manado). Teman yang lain juga jalan-jalan di Jayapura,” tuturnya.
Dikatakannya, jika tak ada halangan, direncanakan mereka akan bertolak ke Manado pada hari ini. Namun itu pun belum mendapat kepastian hingga Jumat (8/8/2014). “Yang booking tiket dari Manado, bukan kami di sini. Jadi kami menunggu dari sana, rencananya Sabtu. Tapi mungkin bisa tertunta lagi. Tapi mener Tommy memastikan satu atau dua hari ini kami pulang Manado,” jelasnya.
Soal dana, Andre mengakui saat ini mereka masih memakai dana sendiri, yang sebenarnya harus ditanggung Dikti. Namun karena semua serba dadakan, sehingga mau tak mau mereka terpaksa harus memakai dana pribadi dulu. “Situasi seperti ini, serba dadakan siapa yang mau. Tak bisa salahkan pihak manapun. Namun jika dana dari Dikti (Dirjen Pendidikan Tinggi, Kemendiknas) turun, akan ada penggantian,” ungkapnya.
Menurut Andre, ia dan teman-temannya ingin segera pulang ke Manado dan enggan berlama-lama di Sentani. Karena biaya hidup yang tinggi akan semakin menguras tabungan gaji mereka selama mengabdi di Papua. “Aduh, kami tak mau lama-lama tinggal di sini, biaya hidup di sini tinggi sekali. Semuanya sementara ditanggung sendiri. Lama-lama di sini, uang akan semakin habis. Belum lagi biaya di Manado nanti,” keluhnya.
Mewakili teman-temannya, Andre berharap keberangkatan mereka ke Manado takkan tertunda lagi. “Yah, kalau boleh, sesegera mungkin. Jangan tunda-tunda lagi. Kalau besok (hari ini) segera ke Manado, yang lebih baik. Kami tinggal di hotel kan tak mungkin juga berhari-hari. Untung kami dapat bantuan sedikit dari kawanua di Sentani yang berbaik hati mau memberi transportasi untuk mengangkut barang-barang kami,” harapnya.
Sebelumnya, 22 SM3T Unima tersebut terjebak konflik bersenjata yang diduga dilakukan kelompok sipil bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan TNI Polri di Distrik Tolikara, pegunungan tengah Papua. Namun belakangan, ternyata kelompok yang diduga OPM telah membabi buta ke kalangan sipil. Sehingga pihak Dikti mengambil kebijakan segera menarik guru-guru tersebut. Tak hanya Unima, namun ada juga guru dari Medan dan Riau. (tc/*)