MANADO, Kawanuapost.com – Keluarga selaku pusat pendidikan nilai-nilai luhur dan budi pekerti memang harus mendapat perhatian penuh dari setiap keluarga. Karena, bilamana pusat pendidikan itu hancur, maka dengan sendirinya nilai yang ada akan ikut hancur.
“Proses seseorang menjadi baik dan tidak baik, sebenarnya ada di dalam keluarga itu sendiri. Anak diajar jujur, itu dari keluarga sendiri, bahakan sebaliknya, anak bisa diajar untuk berbohong, dimulai dari keluarga itu juga,” ungkap Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, Sabtu (13/9).
Bagaiamana tidak ? inti terkecil kelompok masyarakat adalah keluarga, maka dengan begitu, proses kehidupan seserang dimulai dari keluarga. Dari keluarga ke lingkungan sekitar dan masyarakat, bahkan pada kelompok yang lebih luas lagi.
“Jadi jika anak-anak seusia dini diajar untuk berbohong, maka dia akan jadi pembohong kelak saat dewasa,” ujar Bambang.
Perilaku tersebut, yang tumbuh sejak masih usia dini akan terus berkembang bahkan meracuni orang di sekitar untuk ikut berbohong pula. Kebiasaan tersebut, akan berdampak saat dia menjadi pejabat di daerah.
Tidak hanya itu, pria berjanggut ubanan itu justru menunjukkan fakta otentik, ketika KPK menangkap tangan pasangan suami istri, yang nota bene merupakan pejabat nomor satu di pulau Jawa.
“Suami isteri melakukan aksi melawan hukum. Memeras dan menerima uang dari orang lain. Padahal dia adalah pejabat, isterinya ikut-ikutan juga,” tandasnya.
Malahan, uang hasil korupsi dinikamti bersama keluarga, sehingga anak-anaknya kelak, akan ikut meniru aksi yang tidak baik tersebut.
Untuk itu, yang dibutuhkan bangsa ini adalah sebuah perubahan yang diikuti gerakan social, itulah gerakan anti korupsi sebagai gerakan social yang dilakukan masyarakat dan seluruh komponen anak bangsa.
“Kalau gerakan sosial ini berhasil kita lakukan sebagai anak bangsa, maka ke depan generasi kita, tidak akan hilang,” ajak Bambang.
Gubernur SH Sarundajang juga menaruh perhatian pada nilai esensial dari seseorang, yang dimulai dari dalam rumah atau keluarga.
Karena menurut Sarundajang, hakekat manusia sejatinya, masih memiliki sifat-sifat biologis yang tinggi, yang berhasil mengalahkan pengaruh otak. Sifat tersebut akhirnya terus terbawa dalam pergaulan dan tingkah laku.
“Maka diperlukan komitmen-komitmen sosial dari setiap pribadi, untuk meningkatkan tanggungjawab melalui pikiran dan tindakan yang tidak bernilai kriminalitas,” ungkap Sarundajang.(ferry assa)