MANADO.Kawanuapost.com – LMI tidak pernah membuat permusuhan antar suku ataupun agama dan LMI siap di garda paling depan menjadi penyejuk dan bukan menprovokasi. Indonesia adalah hasil kolaborasi dari suku bangsa, yakni, Minahasa, suku Jawa, Batak, Papua, Kalimantan, dan suku-suku lainnya.
LMI selalu berpegang pada Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Undang-undang 1945 dan NKRI, itu merupakan harga mati bagi LASKAR MANGUNI INDONESIA (LMI).
Demikian dikatakan Ketua Umum DPP LASKAR MANGUNI INDONESIA (LMI), Tonaas Wangko Ormas Adat Nasional, Pdt Hanny Pantouw, kepada kawanuapost.com, baru-baru ini.
Menurut Ketua DPP LMI, budaya organisasi adalah suatu sikap deskriptif, bukan dengan kepuasan kerja yang lebih bersifat evaluatif.
Budaya merupakan faktor penting yang mampu menjadi pemersatu/perekat bangsa dan menjadi suatu kekuatan pendorong besar di dalam organisasi. Negara Indonesia adalah negara kultural, yang memang ditempati atau diduduki oleh masyarakat (rakyat) yang memiliki berbagai macam kebudayaan. Banyak perusahan besar di dunia berkembang menjadi terdepan karena budaya yang kuat. “Kita semua jangan terprovokasi. kita semua pasang keberanian di negeri ini, dengan mengutamakan budaya sebagai elemen utama,” kata Pantouw.
Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain dan budaya merupakan perekat sosial dengan mekanisme adaptasi terhadap perubahan dalam kehidupan sosial dalam menghasilkan bentuk kehidupan bermasyarakat. Peran dan norma secara umum adalah untuk mengatur pola kehidupan masyarakat agar pola perilaku yang tinggi, tidak merugikan dan tidak menimbulkan ketidakadilan.
Pdt Hanny mengajak, marilah kita semua menjadi alat untuk pemersatu bangsa indonesia. Dalam hidup bermasyarakat tentunya memiliki peran untuk mengatur, mengendalikan, memberi arah, dan memberi suara bagi tingkah laku masyarakat. Setiap masyarakat selalu memiliki aturan agar tercipta suatu kondisi tertib sosial. “Kita semua harus bersyukur karena walaupun Indonesia di huni oleh beranekaragam budaya, negara ini masih bisa bertahan sebagai negara yang utuh dengan berlandaskan Bhineka Tunggal Ika dan falsafah Indonesia yang disebut Pancasila,” ungkap Ketua Umum LMI ini.
Tonaas Wangko percaya pada organisasi tergantung pada orang-orang di dalamnya dengan berbagai tantangan. “Dimana dalam sila yang telah dianugerahi, yang berbunyi” Persatuan Indonesia “dan budaya suatu bangsa berada di hati dan di jiwa rakyatnya”.
Tonaas Hanny juga menjelaskan, budaya suatu bangsa berada di hati dan di jiwa rakyatnya. Keberanian tak isi ketiadaan rasa takut. Keberanian adalah sebuah sikap untuk terus menerus menggenapkan norma, pemikiran konvensional dan merangkul kreativitas serta memberdayakan semua yang ada agar terus memberikan yang terbaik dengan rasa dimiliki dan percaya diri demi NKRI.
Baginya, Sulut dikenal sebagai daerah yang aman dan nyaman, yang sangat menjunjung tinggi dalam kebhinekaan dalam kehidupan bermasyarakat dan Laskar Manguni Indonesia (LMI) adalah Ormas Adat yang telah dikenal MENDUNIA dalam tempat kerukunan sebagai prioritas dalam organisasi tanpa merasa bosan memberi diri dan terus aktif, menjaga nama baik bangsa sebagai pelindung rakyat.
Pdt Hanny Pantouw menambahlan, ormas harus tampil dan berperan seebagai pendorong, sebagai alat pengawas, sebagai alat solidaritas, sebagai petunjuk arah dan sebagai benteng yang dapat menjaga stabilitas budaya dalam suatu kelompok maupun masyarakat.
Lunturnya kebudayaan di negara ini disebabkan oleh arus globalisasi yang sangat cepat, dimulai dari tekhnologi sampai bahasa pun menjadi korban. Budaya organisasi adalah seperangkat asas atau norma yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku untuk mengatasi masalah sekaligus memperbaiki yang salah menjadi benar.
“Jangan sampai, kejadian-kejadian yang telah melunturkannya terjadi kembali di masa yang akan datang. Sebuah bangsa berhasil karena persatuan rakyatnya. Persatuan ini berasal dari rasa memiliki, identitas, dan kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dan merupakan salah satu faktor terbesar dan terpenting di antara semuanya bersandar pada budaya dan harus menjadi pelindung bagi mereka yang lemah, “pungkas Tonaas Wangko Hanny Pantouw. (arthur mumu)