Sulitnya Membujuk Panglima Soedirman Kembali ke Yogyakarta

Panglima Besar Jenderal Soedirman (Foto: Capture Sasmitaloka Pangsar Jenderal Soedirman)
Panglima Besar Jenderal Soedirman (Foto: Capture Sasmitaloka Pangsar Jenderal Soedirman)

JAKARTA – KawanuaPost.com – Di saat para pemimpin republik sudah memijak Ibu Kota lagi pasca peristiwa “Yogya Kembali” 29 Juni 1949, Panglima Besar (Pangsar) Jenderal Soedirman ternyata belum berkenan juga untuk keluar dari pedalaman daerah gerilya untuk kembali ke Yogya.

Presiden Soekarno sendiri sudah kembali ke Yogyakarta pada 6 Juli 1949. Surat pemanggilan dari sang proklamator pun belum bisa membujuk Pangsar Soedirman dengan segera kembali, begitu pun surat-surat lain dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Kolonel Gatot Soebroto pun nihil hasilnya.

Jenderal Soedirman keukeuh ingin terus bergerilya di pedalaman, sembari mencermati keadaan, soal apakah benar Belanda mematuhi perintah untuk menarik mundur pasukannya dari Yogyakarta, di saat beberapa pasukan TNI lainnya sedianya sudah mulai masuk kota.

29 Juni 5. 1

“Iya, pasukan TNI disuruh masuk kota duluan, baru setelah kota dikuasai TNI, beliau (Jenderal Soedirman) mau turut masuk kota. Itu siasat biar enggak ‘dikadalin’ sama Belanda,” papar penggiat sejarah Wahyu Bowo kepada Okezone.

“Pada Awalnya, Pak Dirman enggan atau ragu untuk turun gunung, karena masih khawatir Belanda curang (melanggar perjanjian lagi). Jadi selaku Pangsar, beliau waspada dan cermat dengan keadaan. Karena habis ‘Yogya Kembali’, kan masih harus lanjut ada perundingan KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag,” tambahnya.

Di sisi lain, Pangsar Soedirman dalam mencermati keadaan, tak jarang memerintahkan ajudan I Kapten Soepardjo Roestam, untuk terus mencari informasi tentang keadaan di Yogyakarta.

“Pak Dirman juga sering menyuruh pengawal pribadinya, Pak Soepardjo Roestam, mencari info untuk masuk Yogya, sekalian minta laporan kondisi tiap front dari komandan brigadenya,” sambung Wahyu.

Komandan Brigade X Overste (Letkol) Soeharto juga turut menyambangi basis gerilya Jenderal Soedirman di sebuah hutan dekat Karangmojo, Gunungkidul, Yogyakarta, sebagai usaha lain membujuk Jenderal Soedirman kembali ke Yogyakarta, lantaran sangat dibutuhkan kehadirannya di Ibu Kota.

29 Juni 5

“Untuk meyakinkan Pak Dirman kalau Ibu Kota sudah aman dan berada di bawah kekausaan TNI lagi, diutuskan Pak Harto untuk menghadap dan menyampaikan pesan Presiden, serta membujuk supaya beliau turun ke Yogya,” imbuhnya lagi.

Akhirnya Pangsar Jenderal Soedirman berkenan masuk Ibu Kota setelah merasa sangat yakin bahwa Ibu Kota sudah aman untuk dimasuki, pada 10 Juli 1949. Jenderal Soedirman dijemput Overste Soeharto dan diantar menemui Presiden Soekarno, sebelum menginspeksi barisan TNI di alun-alun Keraton Yogyakarta.

“Baru setelah Pak Harto kembali (menemui Jenderal Soedirman) beberapa waktu kemudian, diinfokan kalau Pangsar berkenan masuk kota. Dijemput sama Pak Harto di pinggir kota (untuk kemudian menemui Soekarno), terus diarak ke lapangan (alun-alun Keraton),” tandas Wahyu.

Sebelum menginspeksi pasukannya di alun-alun, Jenderal Soedirman memang bertemu Soekarno lebih dulu atas imbauan Kolonel Tahi Bonar Simatupang. Sebuah pertemuan yang mengharukan, di amna Jenderal Soedirman dengan mantel lusuhnya, disambut pelukan hangat “Putra Sang Fajar”.

EDITOR : SOLSILARE.

Tinggalkan Balasan