JAKARTA – KawanuaPost.com – Anggaran Kementerian Pertahanan (Kemenhan) naik dari Rp102,3 triliun pada APBD 2015 menjadi Rp120 triliun pada RAPBD 2016. Sebanyak 60 persen dari dana tersebut, akan dialokasikan untuk membeli alat utama sistem pertahanan (alutsista).
Direktur Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto, menilai wajar atas naiknya anggaran untuk alutsista tersebut. Malah menurutnya, langkah Kemenhan dalam mengalokasikan dana tersebut perlu didukung untuk menghindari terulangnya tragedi Hercules jatuh di Medan beberapa waktu lalu.
Menurutnya juga, peningkatan alutsista merupakan sikap strategis dalam penguatan NKRI khususnya dalam pengembangan alutsista. “Peningkatkan alutsista merupakan situasi untuk menjawab situasi global yang tidak stabil,” ujar Hari Purwanto kepada wartawan di Jakarta, Senin (20/7/2015).
Pernyataan Hari senada dengan argumen rencana strategis Kemenhan Ryamizard Ryacudu dalam meningkatkan alutsista merupakan situasi untuk menjawab situasi global yang tidak stabil, khususnya di kawasan Eropa dan Asia.
Secara keseluruhan, belanja pertahanan global pada tahun 2014 naik sebesar 1,7% setelah tiga tahun mengalami penurunan. Namun, kecenderungan ini mungkin berkurang pada tahun 2015, mengingat penurunan harga minyak, stagnasi ekonomi Rusia dan melambatnya pertumbuhan global.
Sebaliknya, negara-negara berkembang terus meningkatkan belanja pertahanannya. Pada tahun 2014 kenaikannya lebih melebihi penurunan kenaikan anggaran pertahanan negara-negara Barat.
Fakta lain adalah bahwa Amerika Serikat tetap menjadi pembelanja pertahanan terbesar di dunia, paling tinggi dari semua negara di dunia, walaupun Presiden Obama terus berusaha mengurangi anggaran pertahanannya.
EDITOR : HERMAN. M.