ISSY-LES-MOULINEAUX – KawanuaPost.com – Insiden antara Valentino Rossi dan Marc Marquez di Grand Prix (GP) Malaysia masih menyisakan perdebatan bagi para penikmat MotoGP, meskipun kompetisi musim ini telah berakhir. Tak sedikit pula yang bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya bersalah dalam insiden di Sirkuit Internasional Sepang tersebut.
Sadar akan misteri tersebut, Eurosport pun melakukan wawancara dengan para pakar yang tersebar di lima negara Eropa, yaitu Spanyol, Italia, Inggris, Jerman, dan Prancis. Kelima pakar memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain.
“Itu 100 persen kesalahan Rossi. Pergerakan Rossi jelas tidak fair. Semua orang di Spanyol mencintainya, tapi tak perlu diragukan lagi, yang dilakukan Valentino kali ini salah,” kata pakar asal Spanyol, seperti dimuat Eurosport, Jumat (13/11/2015).
Berbeda dari Spanyol, analis Jerman, Prancis dan Inggris menilai insiden terjadi akibat kesalahan oleh masing-masing pihak. Meski demikian, ketiga negara tersebut memberikan penilaian yang berbeda mengenai seberapa besar kesalahan yang dilakukan The Doctor dan The Baby Alien.
“98 persen (untuk Rossi) dan 2 persen (untuk Marquez). Itu jelas pergerakan yang tidak fair oleh Rossi yang gagal mengatasi tekanan. Marquez bermain cerdas, meskipun motivasinya mencurigakan,” ujar pakar Jerman.
“75 persen (Rossi) dan 25 persen (Marquez). Pergerakan Rossi memang tidak adil dan berlebihan, tapi Marquez jelas berada dalam posisi yang provokatif,” kata pakar Prancis.
“50 berbanding 50. Marquez tidak seharusnya dalam posisi seperti itu, tapi Rossi memang memberikan reaksi yang berlebihan,” tutur pakar Inggris.
Sementara satu negara lainnya, Italia, menilai kesalahan terbesar terletak pada Marquez yakni sebanyak 90 persen. Pakar Italia menilai, apa yang dikatakan Rossi tentang kecurangan yang dilakukan pembalap Spanyol (Marquez-Lorenzo) sangat benar.
Tidak hanya soal siapa yang bersalah, kelima pakar tersebut juga memberikan pandangan apakah hukuman yang diberikan pada The Doctor sudah adil. Dalam hal ini, Italia dengan tegas menilai pembalap 36 tahun itu tidak layak menerima hukuman seperti yang diputuskan Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Sementara itu, Spanyol, Jerman, Prancis, dan Inggris satu suara. Mereka menilai, FIM dan CAS telah membuat keputusan yang tepat. Sebab, Rossi memang layak dihukum akibat sudah menyebabkan pembalap lain terjatuh, terlepas dari adanya keraguan tentang skenario yang terjadi di antara Marquez dan Lorenzo.
“Jika dia menghindari hukuman, maka itu akan mengubah olahraga balap motor,” seru pakar Spanyol.
“Dengan sengaja membuat pembalap lain terjatuh adalah hal yang tidak bisa diterima,” tegas pakar Jerman.
Perbedaan pendapat di antara kelima pakar Eropa tersebut hilang saat menyinggung soal status Rossi sebagai legenda MotoGP. Kelima pakar kompak menilai insiden musim ini tidak akan memengaruhi status legenda dalam diri juara tujuh kali MotoGP itu.
“Ini seperti aksinya (Zinedine) Zidane saat Piala Dunia (2006). Mereka (Rossi dan Zidane) hebat, dan ini hanya akan menjadi tambahan cerita dalam status legenda Rossi,” tutur pakar Spanyol.
“Ini hanya memberikan kesedihan kecil dalam seluruh raihannya (Rossi) selama ini. Sedihnya gelar ke-10 (yang harusnya bisa diraih musim ini) hilang dalam satu detik,” ujar wakil Jerman.
“Kami tidak berpikir seperti itu. Itu hanya suatu kesalahan, yang normal terjadi dalam balapan. Rossi masih menjadi legenda balap motor,” komentar pakar Prancis.
“Tidak. Kami menyukai pembalap tangguh di negara ini dan satu perilaku buruk tidak akan menutupi kehebatan yang ditunjukkannya dalam dua dekade,” kata pakar Inggris.
“Dia akan selalu menjadi idola di Italia,” ujar pakar Italia.
EDITOR : HERMAN. M.