ANTARTIKA – KawanuaPost.com – Pesawat milik Maskapai Air New Zealand mengalami kecelakaan di Antartika pada 28 November 1979. Sejumlah 257 orang tewas dilaporkan tewas.
Pada dekade 1970, perjalanan udara ke Antartika semakin populer di kalangan wisatawan. Mereka penasaran untuk melihat-lihat panorama benua paling selatan di bumi tersebut. Salah satu jenis penerbangan yang terkenal adalah terbang mengelilingi Tebing Es Ross. Pemandangan indah di sekitar wilayah tersebut menjadi daya tarik utama.
Sayangnya, dataran es yang luas tersebut menyimpan bahaya besar. Pilot sering tidak punya pandangan yang cukup bagus terhadap koordinat pesawat. Kompas bermedan magnet pun tidak banyak berguna karena pesawat berada di Kutub Selatan.
Pesawat Air New Zealand dengan nomor penerbangan 901 pun mengalami kecelakaan. Pesawat menabrak gunung berapi Erebus. Seluruh penumpang dan kru pesawat tewas seketika akibat tabrakan tersebut.
Lima orang kru pesawat diketahui belum memiliki pengalaman menerbangkan pesawat ke wilayah yang tertutup es itu. Hal tersebut diperburuk dengan data yang digunakan oleh pilot adalah data lama. Data tersebut lebih sering dipergunakan untuk penerbangan reguler dalam keadaan jarak pandang yang sangat bagus.
Jarak pandang pada saat kecelakaan, sesuai laporan investigasi, sangat buruk.
Beberapa saat sebelum kecelakaan, Kapten Jim Collins memberi tahu menara pengawas bahwa dia akan menurunkan pesawat ke ketinggian 1.500 kaki dari ketinggian terbang seharusnya yaitu 6.000 kaki. Jim beralasan ingin memberi pemandangan yang lebih bagus bagi para penumpangnya.
Saat itu, lapisan awan berbaur dengan warna putih gunung berapi. Efek pandangan ini menipu kru pesawat. Mereka mengira yang terlihat dalam pandangan adalah Tebing Es Ross sesuai dengan data penerbangan yang mereka pegang. Sayangnya, penglihatan tersebut salah. Yang sebenarnya mereka lihat adalah Gunung Berapi Erebus.
Pesawat yang berisi 237 penumpang dan 20 kru pesawat langsung menabrak Gunung Erebus dengan kecepatan 480 kilometer per jam. Alarm pesawat sempat berbunyi pertanda bahwa burung besi tersebut mendekati daerah berbahaya.
Namun, kombinasi kecepatan pesawat dan jarak yang terlalu pendek membuat pilot tidak berhasil menghindar. Tidak ada yang berhasil selamat dalam kejadian tersebut. Otoritas Selandia Baru menyatakan kecelakaan tersebut adalah yang terburuk dalam sejarah penerbangan Negeri Kiwi.
EDITOR : HERMAN MANUA.