200 Orang Nasionalis Jepang Kecam Kesepakatan Perbudakan Seks

200 Orang Nasionalis Jepang Kecam Kesepakatan Perbudakan Seks.
200 Orang Nasionalis Jepang Kecam Kesepakatan Perbudakan Seks.

TOKYO – KawanuaPost.com – Sebanyak 200 orang nasionalis Jepang mengecam kesepakatan dengan Korea Selatan dalam masalah budak nafsu masa perang. Beberapa orang bahkan menyeru kepada Perdana Menteri Shinzo Abe agar bunuh diri karena malu.

Pemerintah Jepang pada Senin menawarkan permohonan maaf tulus dan memberikan dana satu miliar yen (sekira Rp83 miliar) kepada wanita Korea Selatan, yang dipaksa menjadi pelacur oleh militer Jepang pada saat Perang Dunia II.

Abe, seorang nasionalis, yang mendapatkan kekuasaan pada tiga tahun lalu, berjanji menguatkan perekonomian Jepang dan mengubah undang-undang dasar, yang menyangkal perang, memuji kebijakan tersebut sebagai masa baru dalam hubungan kedua negara tersebut.

Hubungan Tokyo dengan Seoul sejak lama dinodai masalah “wanita penghibur”, warisan penjajahan Jepang atas semenanjung Korea dan Perang Dunia II. Beberapa kalangan konservatif sayap kanan Jepang sejak lama mengatakan bahwa negara tidak memiliki alasan meminta maaf dan mempertanyakan keadaan “wanita penghibur”, yang masih hidup, memberikan kesan bahwa mereka bekerja dengan keinginan mereka sendiri dan tidak dalam paksaan.

Pengunjuk rasa, yang kebanyakan berusia 60-an tahun atau lebih tua, menyanyikan lagu Kimigayo, yang berisi pujian kepada kaisar Jepang, dan membawa bendera nasional.

“Kami tidak akan pernah mengizinkan penghianatan ini,” kata pengunjuk rasa serempak di luar kawasan kantor resmi dan tempat tinggal Abe sambil menyebutnya pengkhianat. “Balikkan ulah tidak baik itu,” teriak mereka.

“Abe, kau menodai para arwah yang tewas dalam perang! Kau harus melakukan ‘seppuku’,” kata seorang wanita menjerit, menyebutkan bahwa Abe harus melakukan upacara bunuh diri dengan cara merobek perutnya.

Satoru Mizushima, penyelenggara unjuk rasa tersebut, berkata kepada media bahwa kesepakatan itu akan menjadi hal yang paling memalukan bagi Jepang. Perdana menteri Abe melakukan apa yang seharusnya tidak dia lakukan, dan menyebut langkah itu tercela.

EDITOR : HERMAN M .

Tinggalkan Balasan