Penerbit Hong Kong Hilang Misterius, Dengan di Publikasikan Kisah Cinta Xi Jinping

Penerbit HongKong menghilang diduga ditangkap pemerintah China. (Foto: Telegraph)
Penerbit HongKong menghilang diduga ditangkap pemerintah China. (Foto: Telegraph)

BEIJING – KawanuaPost.com – Penerbit buku asal Hong Kong mendadak hilang bak ditelan bumi setelah mengumumkan rencananya untuk mempublikasikan buku tentang kisah cinta Presiden China Xi Jinping. Menghilangnya sang penerbit secara misterius ini dicurigai dilakukan oleh otoritas China yang tidak mau karya tulis itu disebarluaskan.

Lee Bo merupakan penerbit Mighty Current kelima yang hilang sejak pengumuman itu. Keempat rekan kerjanya lebih dulu lenyap tanpa jejak pada Oktober 2015.

Menurut sang istri, Lee mengatakan dirinya tengah ditahan dan diinvestigasi di Shenzhen saat terakhir kali dihubungi. Akan tetapi, suaminya tidak pernah pulang atau memberi kabar lagi sejak saat itu.

“Saya yakin dia (Lee Bo) sudah menjadi tahanan politik dan secara ilegal diasingkan ke suatu tempat. Kemungkinan ya dia ditangkap karena mau menerbitkan buku yang menguak kehidupan pribadi Presiden Xi. Soalnya setahu saya, diceritakan di situ tentang kekasih lama beliau,” kata Albert Ho, anggota parlemen China, seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (6/1/2016).

Maya Wang, peneliti China yang bekerja untuk Human Rights Watch, organisasi nirlaba kemanusiaanyang berbasis di Amerika Serikat membenarkan bahwa Perusahaan Penerbit Mighty Current memang sudah lama ditargetkan otoritas China atas dasar penegakkan aturan sensor di negara komunis ini.

“Saya tahu para penjual buku sudah diminta untuk tidak menerbitkan buku-buku itu sebelumnya. Ada aturan kedispilinan khusus yang dikeluarkan Partai Komunis China, yang melarang publikasi buku itu di China. Beberapa penerbit akhirnya menjual buku itu hanya di Hong Kong ,” ungkapnya.

Kasus ini mengundang perhatian publik dan para politikus karena pemerintah China dinilai telah bertindak di luar kewenangan. Seperti diketahui, Negeri Tirai Bambu menerapkan sistem pemerintahan ‘satu negara, dua sistem’, yakni meski ada negara yang memiliki otonomi daerahnya sendiri seperti Hong Kong, tetapi mereka masih masuk di bawah satu bendera. Penduduk di Hong Kong berikan kebebasan, dan polisi China dilarang beroperasi di sana.

“Sekarang penegak hukum China telah melakukan penangkapan di Hong Kong secara ilegal. Apakah ini yang namanya satu negara dua sistem?” tukas pemimpin partai Demokrasi China Emily Lau Waihing.

Publik juga dikabarkan mulai mengecam insiden ini. Mereka menyebut pemerintah China sudah mengekang kebebasan berekspresi dan melakukan pelanggaran hak asasi kemanusiaan jika benar kasus hilangnya kelima penerbit itu dilakukan oleh pemerintah.

EDITOR : HERMAN M.

Tinggalkan Balasan