KAWANUAPOST.COM – SEPEKAN ini dunia terkejut dengan keadaan yang terjadi di Kota Madaya, Suriah yang mengalami kelaparan akibat pengepungan dan blokade yang dilakukan pasukan Pemerintah Suriah dan milisi Hezbollah.
Blokade yang diberlakukan membuat warga kota kehabisan bahan pangan dan obat-obatan sehingga terpaksa untuk makan rumput dan daun-daunan untuk bertahan hidup, beberapa bahkan meninggal dunia karena tidak kuat menahan lapar.
Kondisi yang terjadi di Madaya bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Sepanjang sejarah manusia yang dipenuhi konflik, pengepungan dan blokade merupakan salah satu cara yang terkadang diperlukan untuk memperoleh kemenangan.
Metode pengepungan dianggap lebih murah dan tidak berisiko dibandingkan dengan serangan langsung ke pertahanan musuh. Tentu saja agar berhasil pengepungan membutuhkan waktu yang lama yang membuat kondisi musuh yang terperangkap menjadi semakin buruk seiring berlalunya waktu.
Kelaparan merupakan salah satu akibat yang dihasilkan pengepungan dan blokade, terkadang sebegitu parah hingga korban terpaksa memakan apa pun yang ada. Hujan tembakan dan artileri yang berlangsung selama pengepungan juga menjadi salah satu penyebab jatuhnya korban jiwa.
Berikut lima pengepungan yang memakan banyak korban yang dirangkum MediaManado.com, Selasa (12/1/2016) dari berbagai sumber:
5. Pengepungan Kamp Pengungsi Yarmouk (2012-…)
Yarmouk adalah sebuah distrik di Damaskus, Suriah yang menjadi tempat penampungan pengungsi Palestina di Suriah. Setelah perang sipil Suriah pecah pada 2011, penduduk anti pemerintahan Assad di Yarmouk terlibat bentrokan dengan Popular Front for Libertion of Palestine General Command (PFLP-GC), pasukan milisi pendukung Assad yang berbasis di Yarmouk.
Konflik berkembang setelah pasukan pasukan pemberontak Free Syrian Army (FSA) yang mendapat bantuan dari milisi anti Assad Palestina mencoba menguasai Yarmouk yang berada di bawah kendali pasukan Pemerintah dan PFLP-GC memicu terjadinya pertempuran Yarmouk pada 5 sampai 12 Desember 2012.
Pada 17 Desember 2012 FSA dan pasukan anti pemerintah berhasil menguasai sebagain besar Yarmouk, namun kamp pengungsi masih dalam kekuasaan pasukan pemerintah dan dalam keadaan terkepung. Keadaan ini berlangsung selama dua tahun dan pada 2014 diyakini sedikitnya 200 orang telah meninggal di Yarmouk akibat kelaparan.
Pada April 2015, kelompok militan ISIS menyerbu kamp Yarmouk menyebabkan sekira 2.000 orang terpaksa dievakuasi. Setelah serangkaian pertempuran dengan pasukan pro pemerintah dan pemberontak, ISIS akhirnya mundur dari Yarmouk, namun, pada akhirnya pasukan Pemerintah Suriah masih mempertahankan pengepungan kamp Yarmouk.
4. Pengepungan Sarajevo (1992 -1996)
Sarajevo, ibu kota Bosnia dan Herzegovina mengalami pengepungan terpanjang dalam sejarah perang modern pada April 1992 hingga Februari 1996.
Pengepungan yang terjadi pada Perang Bosnia tersebut bermula dari deklarasi kemerdekaan Bosnia-Herzegovina dari Yugoslavia. Tindakan itu membuat pasukan Republik Srpska yang berkeinginan untuk membentuk sebuah negara baru bagi warga Serbia Bosnia memutuskan untuk mengepung Sarajevo.
Dengan kekuatan sekira 13 ribu orang pasukan, tentara Republik Srpska mengambil posisi di bukit-bukit di sekitar Sarajevo dan menghujani kota dengan tembakan artileri, dan menyerang kota dengan tank dan senjata konvensional lainnya dan pada Mei 1992, pasukan Srpska mulai memberlakukan blokade terhadap Sarajevo. Pasukan Pemerintah Bosnia yang berkekuatan 70 ribu personel tidak mampu menerobos blokade karena tidak memiliki persenjataan yang memadai.
Setelah berlangsung selama sekira dua tahun akhirnya pada 1994 Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memutuskan untuk ikut campur dalam Perang Bosnia dengan melancarkan serangan udara atas pasukan Srpska di sekitar Sarajevo. Campur tangan ini merupakan permintaan dari Sekretaris Jenderal PBB saat itu Boutros Boutros-Ghali setelah lima peluru mortir menghantam pasar di Sarajevo dan menewaskan 68 orang.
Saat pengepungan berakhir pada 1996, sedikitnya 13.952 orang dilaporkan tewas, termasuk 5.434 warga sipil dan 6.137 tentara Bosnia. Kebanyakan dari mereka tewas karena peluru sniper dan hantaman mortir dan artileri yang menghujani Sarajevo.
3. Pengepungan Warsawa (8 a�� 28 September 1939)
Pada 1939, pasukan Jerman memicu Perang Dunia II dengan melakukan invasi terhadap Polandia. Bermula dengan serangan udara angkatan udara Jerman, Luftwaffe terhadap Warsawa pada 1 September 1939, yang diikuti oleh pasukan lapis baja yang tiba pada 8 September 1939, memulai pengepungan terhadap ibu kota Polandia itu.
Pengepungan ini berlangsung sampai 28 September 1939, saat Pasukan Polandia di bawah pimpinan Jenderal Walerian Czuma menyatakan menyerah. Dalam jangka waktu 20 hari setidaknya 18 ribu warga sipil di Warsawa kehilangan nyawanya akibat serangan udara dan artileri Jerman yang berlangsung siang dan malam.
Pasukan Polandia sebenarnya mampu bertahan setidaknya untuk beberapa pekan lagi, namun kurangnya bahan pangan, air bersih dan obat-obatan dan hujan bom yang ditargetkan ke fasilitas-fasilitas sipil membuat mereka akhirnya memilih untuk menyerah.
2. Pengepungan Konstantinopel (6 April -23 Mei 1453)
Pengepungan Konstantinopel oleh pasukan Kekaisaran Ottoman pada 1453 merupakan sebuah peristiwa bersejarah yang menandai kejatuhan Kekaisaran Byzantium. Pengepungan yang berlangsung selama enam pekan ini juga menyebabkan berakhirnya kekuatan Kristen di Timur Tengah serta membuka babak invasi Muslim ke Eropa.
Selama pengepungan, pasukan Ottoman mengalami kerugian korban jiwa yang sangat besar akibat beberapa kegagalan serangan. Beberapa variasi taktik perang juga digunakan dalam pengepungan ini antara lain penggunaan meriam untuk menjebol tembok benteng, dan penggunaan terowongan bawah tanah untuk menerobos tembok.
Setelah serangkaian kegagalan, akhirnya pada 26 Mei 1453 Sultan Mehmed II memulai penyerangan terakhir Ottoman yang berlangsung selama 3 hari hingga pada akhirnya pada 29 Mei pasukannya berhasil menerobos pertahanan Byzantium.
Beberapa hari setelah Konstantinopel berhasil dikuasai, Sultan Mehmed mengumumkan kepada semua warga sipil yang bersembunyi untuk keluar dari tempatnya, menjamin kebebasan mereka tanpa syarat apa pun.
Dia juga memerintahkan perbaikan rumah dan bangunan serta mengembalikan kepemilikan bagi warga yang meninggalkan kota sebelum pengepungan. Jika mereka kembali, Mehmed menjamin mereka akan diperlakukan sesuai dengan pangkat dan kepercayaan mereka seperti semula.
1. Pengepungan Leningard (September 1941-Januari 1944)
Pengepungan Leningard tidak diragukan lagi merupakan salah satu pengepungan dan blokade terburuk dan paling berdarah dalam sejarah dunia. Tercatat lebih dari satu juta manusia kehilangan nyawanya dalam serangkaian pengepungan yang berlangsung selama lebih dari dua tahun ini.
Leningard atau yang sekarang dikenal dengan nama St. Petersburg merupakan salah satu kota penting Uni Soviet yang menjadi sasaran utama dalam Operasi barbarossa yang dilancarkan Pasukan Nazi Jerman di Rusia.
Namun, pasukan Merah Uni Soviet mampu bertahan dari berbagai serangan udara dan artileri yang dilancarkan pasukan Jerman selama hampir 900 hari. Hasil di Leningard membuat pasukan Jerman tertahan dan tidak dapat melanjutkan invasi mereka sekaligus menjadi salah satu faktor yang menentukan hasil dari Perang Dunia II.
Blokade dan pengepungan terhadap Leningard menyebabkan kelaparan dan kehancuran besar, bahkan warga kota dilaporkan memakan sesamanya karena tidak ada makanan selama musim dingin 1941-1942.
Setelah pengepungan berakhir, diperkirakan sedikitnya 642 ribu warga sipil tewas di dalam kota, sedangkan 400 ribu lainnya kehilangan nyawanya dalam upaya evakuasi.
EDITOR : HERMAN MANUA.