KAWANUAPOST.COM – Yunani mungkin sedang terpuruk saat ini imbas krisis ekonomi yang berkepanjangan. Namun, negara itu ternyata pernah begitu digdaya dalam hal militer pada zaman pra sejarah dulu. Wajar dulu bangsa ini begitu jumawa, dan cukup berpengaruh di dunia.
Selain filsufnya yang spektakuler, Yunani juga terkenal dengan kisah para ksatria yang paling mematikan, yaitu Sparta.
Prajurit Sparta adalah pasukan paling elite di zamannya. Sepak terjangnya yang mengerikan membuat mereka banyak menguasai wilayah dengan skill perang yang mengagumkan. Berikut sederet alasan mengapa prajurit Sparta dahulu begitu disegani dan dikagumi dunia.
Prajurit Sparta Diseleksi Sejak Lahir
Para prajurit Sparta ternyata sudah diseleksi sejak mereka masih bayi. Dikutip dari laman boombastis.com, para tetua akan menginspeksi para bayi dengan beberapa kriteria tertentu, salah satunya ialah bentuk fisik.
Adapun para bayi yang gagal lolos seleksi, mereka akan ditinggalkan di salah satu sisi bukit. Kebanyakan dari mereka akhirnya mati namun sebagian lagi ada beruntung karena diadopsi penduduk.
Bayi para calon prajurit Sparta ini digembleng dengan didikan keras. Mereka bahkan kerap mendapat treatment mencengangkan seperti ditinggal seorang diri di tempat gelap. Jika bayi itu tidak menangis, maka dialah calon prajurit Sparta tangguh. Selain itu, pendidikan keras sedari kecil diyakini dapat membentuk karakter kuat sang calon prajurit Sparta kelak.
Usia Lima Tahun Dikirim ke Barak Militer
Para orangtua akan melepas anak mereka yang masih berusia lima tahun dengan dikirim ke barak-barak prajurit. Para bocah tersebut kemudian diajari bagaimana menggunakan senjata dan peralatan perang lainnya. Mereka juga dilatih membaca dan menulis.
Salah satu tujuannya agar mereka bisa menyanyikan lagu kebanggaan Sparta ketika perang. Anak-anak ini juga dibiasakan berduel antar satu sama lainnya untuk membentuk mental petarung sejati.
Berlatih Survival saat Remaja
Saat menginjak usia remaja, anak-anak Sparta akan dilepas mandiri lepas dari orangtua mereka. Caranya dengan memaksa mereka menjalani hidup di alam bebas (survival). Saat menjalaninya, mereka akan dibekali senjata dan pakaian seadanya. Tujuan latihan ini ialah agar skill bertarung dan bertahan calon prajurit ini semakin kuat, dan tubuh mereka tidak terlampau gemuk yang bakal menyulitkan mereka saat tugas.
Diuji dengan Membunuh Budak
Saat memasuki usia 18 tahun para Sparta ini akan disuguhkan menu latihan lebih berat. Yaitu ditugaskan membunuh Helot atau dalam bahasa setempat sering didefinisikan sebagai budak.
Para prajurit Sparta muda dalam mengemban misi ini hanya dibekali sebilah pisau. Mereka biasanya dikelompokkan dan berburu ‘mangsa’ di waktu malam.
Kendati berstatus sebagai budak, konon mereka juga memiliki kemampuan tarung yang tak boleh diremehkan. Sehingga, tugas ini tidak mudah, terlebih jika budak itu dikenal oleh para remaja Sparta tadi.
Dicambuk Ratusan Kali
Jika para Sparta muda ini sukses membunuh budak, mereka akan menjalani tes ketahanan tubuh lebih gila lagi yakni dicambuk hingga ratusan kali.
Alih-alih ingin membentuk mental para Sparta, latihan ini malah kerap membunuh banyak prajurit Sparta. Latihan yang lazim disebut Diamastigosis itu digelar di depan khalayak ramai tepatnya di pelataran kuil Artemis Orthia.
Jika tes ini berhasil dilalui dengan baik, maka seorang Spartan akan dinyatakan lolos dan dianggap layak menyandang kebanggaan sebagai tentara Sparta. Mereka pun layak maju ke medan pertempuran dengan mengenakan baju besi merah kebanggan orang-orang Sparta zaman dahulu.
EDITOR : HERMAN MANUA.