ATHENA – KawanuaPost.com – Joanna Giannouli, perempuan berusia 27 tahun dari Yunani, memiliki kondisi yang khusus. Dia tidak memiliki kandungan, leher rahim dan bagian atas vagina. Akibatnya, Ia harus dibuatkan vagina buatan agar bisa berhubungan seks.
Menurutnya, berbagai tantangan dari sebuah sindrom yang menimpa sekitar satu dari 5.000 perempuan.
“Ketika pertama kali dokter mendapatkan kejelasan kondisi saya dari dokter, raut wajah ayah saya terlihat tegar. Namun tidak begitu dengan ibu saya: dia tidak bisa menerimanya dengan baik. Dia menyalahkan dirinya sendiri selama 10 tahun terakhir. Rasanya benar-benar menyedihkan melihat dia seperti itu,” ujar Joanna seperti dikutip BBC Indonesia.
Joanna menuturkan bahwa dia tidak terlalu sering membicarakannya dalam lima tahun pertama. Ia mengaku tidak mampu untuk membicarakannya.
“Saya merasa hancur dan sangat lemah. Ibu saya meyakini bahwa dia mungkin telah melakukan hal-hal yang salah selama masa kehamilan dulu. Saya sudah meyakinkannya bahwa dia tidak melakukan sesuatu yang salah, itu hanyalah faktor gen.” ujarnya.
“Ini keadaan yang menjadi stigma. Yang paling menyakitkan adalah ketika saya ditinggalkan mantan kekasih saya, saat ia mengetahui kondisi saya. Saya pernah bertunangan saat saya masih berusia 21 tahun, dan tinggal di Athena -ibukota Yunani. Ketika saya mengatakan kepada tunangan saya tentang kondisi saya, dia memutuskan pertunangan kami,” ungkapnya lagi.
Joanna melanjutkan, namun semua itu adalah masa lalu, dan sekarang saya baik-baik saja. Selama lima tahun terakhir, syukurlah, saya memiliki hubungan yang kokoh dan penuh cinta kasih dengan seorang pria.
Dia tahu dari awal bahwa saya memiliki kondisi seperti ini dan dia memilih untuk tinggal dengan saya. Dia tahu bahwa kami tidak akan bisa memiliki anak. Dia tidak masalah dengan hal itu, begitu pun saya. Saya sungguh beruntung.
“Saat umur 14 tahun, karena saya belum juga mengalami menstruasi, ibu saya membawa saya ke dokter keluarga kami. Dia tidak memeriksa saya karena dia tidak ingin menyentuh bagian-bagian pribadi saya. Dan saat saya berumur 16 tahun, dia mengirim saya ke sebuah rumah sakit,” kenang Joanna.
Di situ, dokter mengetahui bahwa saya tidak memiliki lorong vagina dan mereka menyatakan saya mengidap sindrom Rokitansky. Karena saya terlahir tanpa vagina, para dokter harus membuatnya secara khusus agar saya bisa berhubungan seks.
Operasi berjalan baik, sangat baik. Saya dirawat di rumah sakit selama dua minggu, untuk pemulihan. Selanjutnya, saya harus berbaring di tempat tidur sekitar tiga bulan – saya memang tidak bisa bangun.
Joanna melakukan latihan khusus dalam rangka memperluas lorong vagina barunya. Gejala pertama dari sindrom yang diderita ini adalah kondisi medis amenore primal – tidak mengalami menstruasi sama sekali. Selain itu, kita tidak bisa berhubungan seks.
Itu sebabnya Joanna harus menjalani operasi besar pada usia 17 tahun. Para dokter membuat sebuah vagina baru untuk saya. Itu adalah prosedur revolusioner di Athena saat itu.
Vagina baru yang dibuat oleh para dokter sempit dan kecil, dan Joanna rasa sakit tak terhingga saat berhubungan seks.
“Saya harus memperluas perineum – jaringan otot antara vagina dan anus- dengan melakukan latihan untuk vagina. Ini sebuah area kecil di bawah vagina, berupa kulit dan jaringan, dan harus disayat lebih lebar, agar lorong vagina lebih terbuka -begitulah istilahnya,” ucapnya.
EDITOR : HERMAN M.