Presiden Baru Taiwan Tsai Ing-wen, di Jajaran Perempuan Paling Berpengaruh

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. (Foto: Forbes)
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. (Foto: Forbes)

KAWANUAPOST.COM – BERPREDIKAT sebagai pendatang baru dibandingkan perempuan lain yang namanya sudah malang melintang di jagat perpolitikan dunia, presiden baru Taiwan Tsai Ing-wen masuk jajaran perempuan paling berpengaruh di dunia periode 2016 versi majalah Forbes.

Ia langsung bertengger di posisi ke-17 dari 100 perempuan paling berpengaruh, atau berada di urutan keenam dari 26 perempuan pemimpin politik dunia. Padahal, kiprah kepemimpinannya masih seumur jagung.

Berdasarkan pertimbangan Forbes, Kamis (9/6/216), Tsai Ing-wen merupakan presiden pertama yang berasal dari kalangan profesor, bukan melalui jalur berkarier di dunia politik. Secara latar belakang, perempuan kelahiran 31 Agustus 1956 itu juga sama sekali tidak terlahir dari keluarga yang bergelut di dunia politik.

Berikut ini ulasan keunggulan sosok perempuan presiden pertama Taiwan ini sehingga namanya pantas disandingkan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel yang sudah enam kali berturut-turut dianugerahi gelar perempuan paling berpengaruh di dunia, sebagaimana disitat dari Strait Times.

Pertama, Ing-wen terbilang mengawali karier politiknya dari nol. Sejak lulus dari Universitas Hukum Taipei dan mendapat gelar profesor pada 1993, presiden lajang pertama Taiwan ini aktif menduduki sejumlah jabatan dalam pemerintahan yang saat itu dipimpin Partai Kuomintang (KMT).

Ia kemudian bergabung dengan Partai Demokrasi Progresif pada 2004. Menjadi Menteri Urusan China Daratan pada 2000-2004, lalu menjadi wakil ketua Republik China pada 2006-2007. Sehingga jika membahas mengenai politik, latar belakang hukumnya jelas sudah sangat membantu, setidaknya untuk memahami kinerja sistem pemerintahan dan kebijakan negara.

Berkecimpung di bidang urusan antara China dan Taiwan sebagai negara yang terpisah, Ing-wen juga sudah terbukti berpengalaman. Itulah yang jadi bekalnya untuk meraih kursi kepresidenan. Internal partainya sendiri mendukung kemerdekaan Taiwan seutuhnya dari China. Dia pun bertekad akan tetap mempertahankan status quo dengan China jika dia menjadi presiden.

a�?Saya percaya, hubungan lintas selat akan tetap stabil. Konsensus 1992 adalah sebuah pilihan, tetapi itu bukan satu-satunya (jalan keluar),a�? tegasnya kala itu.

Kedua, perempuan berdarah Hakka ini ternyata mulai dikenal masyarakat karena kecakapannya dalam membereskan permasalahan internal partainya. Ia jugalah yang memperbaiki nama DPP yang rusak akibat skandal korupsi pada masa kepemimpinan Chen Shui-bian. Tak heran, pada 2008, dia dilirik pantas mengemban tanggung jawab sebagai ketua umum Partai DPP.

“Dalam masyarakat demokratis yang matang, jika tidak ada partai oposisi yang kuat, maka politik demokratis kemungkinan besar akan mengalami kemunduran. Saya tidak akan pernah bisa memaafkan diri saya sendiri, jika saya memilih untuk tidak melakukan apa yang saya tahu saya bisa,” tulis Tsai dalam salah satu bukunya.

Ketiga, politikus yang pernah mengambil kuliah ilmu ekonomi dan politik di London ini juga dikenal sebagai pemikir dan negosiator ulung. Dikabarkan, dia bukan orang yang sangat karismatik atau orator andal, tetapi dia adalah tipe pemimpin yang mampu memenangkan hati banyak orang karena ketulusannya, kecerdasannya dan keuletannya.

Sampai-sampai, perempuan berkacamata ini dijuluki sebagai Merkel-nya Asia dan disandingkan dengan mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher. Dua pemimpin dunia yang adalah perempuan dan sama-sama tegas dan cenderung memerintah dengan tangan besi. Kedua tokoh yang memang diakui Tsai sebagai panutannya.

Keempat, Tsai merupakan salah satu kepala negara di Asia yang mendukung hak LGBT dan pernikahan sesama jenis. Dalam sebuah video berdurasi 15 detik di laman Facebook-nya, dia pernah menyampaikan, a�?Saya Tsai Ing-wen, dan saya mendukung kesetaraan pernikahan. Mari biarkan setiap orang mengejar cinta dan kebahagiannya.a�?

Ing-wen resmi dilantik sebagai presiden Taiwan pada 20 Mei 2016. Kemenangan ini merupakan buah dari keikutsertaannya untuk yang kedua kali, setelah gagal memenangi pemilu presiden 2012. Ketika dia resmi mengungguli lawan politiknya dari KMT Ma Ying-jeou, media China sempat menyebarkan isu tidak sedap mengenai statusnya sebagai perempuan yang sudah berkepala lima, tetapi belum juga berumah tangga.

Mereka menyebutnya sebagai perempuan berbahaya yang emosinya tidak stabil karena dia belum pernah menikah. Sontak penilaian itu memicu kemarahan sebagian besar warga net di Taiwan maupun China daratan sendiri. Posting artikel yang kontroversial itu tak lama kemudian dihapus dari lamannya.

Dalam skala Asia, Tsai merupakan pemimpin perempuan kedua yang dinilai paling berpengaruh. Posisi pertama diduduki oleh Presiden Korea Selatan Park Geun-hye. Meskipun namanya baru populer akhir-akhir ini, dia berhasil mengungguli seniornya, seperti Presiden Cile Michelle Bachelet yang sudah dua kali masuk nominasi perempuan berpengaruh di dunia dan sudah dua kali menjabat sebagai presiden di negaranya.

EDITOR : HERMAN MANUA.

Tinggalkan Balasan