Rencana Awal Penyerangan Pearl Harbor oleh Jepang

Foto MenterI Perang Jepang era Perang Dunia II, Hideki Tojo. (Foto: Daily Motion)
Foto MenterI Perang Jepang era Perang Dunia II, Hideki Tojo. (Foto: Daily Motion)

KAWANUAPOST.COM – PADAA�hari ini, tepatnya di tahun 1941, pihak Jepang mulai meramu rencana awal untuk melakukan penyerangan ke Pearl Harbor. Sehingga pada 24 September 1941 tercatat sebagai langkah awal serangan bersejarah Negeri Sakura terhadap militer Amerika Serikat (AS).

Hubungan AS dan Jepang mulai rusak ketika Negeri Sakura memulai melancarkan operasi okupasi wilayah Indo-China. Hubungan itu semakin memburuk ketika AS melihat Jepang menyerang wilayah Filipina yang notabene menjadi daerah perlindungan Negeri Paman Sam.

Serangan balik dari AS dimulai dengan menyita semua aset Jepang di Negeri Paman Sam serta menutup rapat Kanal Panama khusus untuk kapal-kapal Negeri Sakura. Benih pecahnya perang antara AS dengan Jepang diawali ketika Presiden Franklin Delano Roosevelt mengeluarkan pernyataan yang dirancang oleh Perdana Menteri Inggris Winston Churchill.

Pada pernyataannya, Roosevelt mengatakan bahwa AS siap mengobarkan perang dengan Negeri Sakura jika Jepang terus merambah lebih jauh wilayah di Asia Tenggara serta di Pasifik Selatan. Militer Jepang yang pada saat itu mendominasi urusan luar negeri tidak mengindahkan hal tersebut.

Padahal di tengah memanasnya hubungan kedua negara, Menteri Luar Negeri AS dan Jepang terus berdiskusi untuk menekan ketegangan yang terjadi. Namun, Menteri Perang Jepang, Hideki Tojo, memandang pernyataan dari Roosevelt sebagai ultimatum dan ia langsung mempersiapkan rencana awal penggempuran Negeri Paman Sam, yaitu operasi pemboman Pearl Harbor.

Pada 24 September 1941, Konsulat Jepang di Hawaii, Nagai Kita, diperintahkan oleh pemerintahnya untuk membagi Pearl Harbor menjadi lima zona serta untuk menghitung berapa banyak kapal perang AS di setiap zona.

Namun, Jepang tidak mengetahui bahwa AS diam-diam menyadap pesan tersebut. Sayangnya, pesan itu berbentuk seperti sandi sehingga dibutuhkan proses pembongkaran di Washington DC.

Karena penerbangan ke wilayah timur sangat jarang, pesan tersebut harus dikirim melalui laut dan menelan waktu yang lama. Ketika sampai di Washington, kurangnya sumber daya manusia dan prioritas lainnya, pesan itu mengalami proses penundaan untuk dibongkar.

Barulah pada pertengahan Oktober 1941, pesan itu berhasil dibongkar. Namun sayangnya Pemerintah AS tidak menghiraukan pesan itu karena dianggap tidak memiliki makna yang signifikan. Negeri Paman Sam baru menyadari kesalahan mereka pada 7 Desember 1941 ketika Jepang menyerang Pearl Harbor.

EDITOR : HERMAN MANUA.

Tinggalkan Balasan