BRISBANE, Kawanuapost.com – Mayang Prasetyo, seorang warga negara Indonesia yang menjadi korban pembunuhan dan mutilasi di Brisbane, Australia, dikatakan adalah seorang pekerja seks komersial (PSK) kelas internasional.
Seperti diberitakan oleh media Australia Couriermail.com.au, dalam menjalankan profesinya sebagai PSK, Mayang memasang tarif sebesar Rp 5 juta per jam.
“Seorang wanita transjender yang dibunuh dan dimutilasi oleh suaminya di sebuah apartemen di Brisbane, adalah PSK ‘kelas tinggi’,” tulis media Australia Couriermail, Selasa (7/10/2014).
Media tersebut menulis, Mayang memasang tarif sebesar Rp 5 juta per jam atas jasanya. Mayang juga diketahui memasarkan jasa sebagai pekerja seks secara online.
Dalam promosinya di media online, Mayang mengaku sebagai “PSK internasional”. Dalam salah satu iklan yang dibuat untuk menawarkan jasa sebagai pekerja seks, Mayang menulis, “Ambil saya sekarang sebelum terlambat.”
Nining Sukarni, ibu dari Mayang Prasetyo, saat dihubungi Couriermail.com.au mengatakan, Febri, panggilan Mayang, merupakan tulang punggung keluarga. Nining mengatakan, Mayang selalu mengirimkan uang ke Indonesia, terutama bagi dua adik perempuan yang masih berusia 15 dan 18 tahun.
Pada Sabtu (4/10/2014), Kepolisian Australia menggerebek kediaman Marcus Volke (28) setelah para tetangga melaporkan adanya bau tak sedap dari kediaman pria yang berprofesi sebagai juru masak itu.
Saat dilakukan pemeriksaan di dalam rumah, polisi sangat terkejut karena mendapati bagian tubuh Mayang Prasetyo tengah dimasak di dalam panci yang sedang dipanaskan di atas kompor.
Bagian tubuh lain perempuan yang kemudian diketahui sebagai seorang transjender itu ditemukan di sebuah tempat sampah di luar apartemen sang koki.
Polisi kemudian menemukan jasad Volke di dalam sebuah tempat sampah besar di dekat apartemen tersebut. Sejumlah laporan menyebut Volke melukai lehernya sendiri.
Pasangan Volke dan Mayang baru pindah ke apartemen di wilayah elite Teneriffe yang terletak di pinggiran kota Brisbane.(kpc)