LUSAKA, Kawanuapost.com – — Zambia kini memiliki seorang pemimpin berkulit putih setelah seorang pakar ekonomi lulusan Universitas Cambridge menjadi penjabat presiden setelah Presiden Michael Sata meninggal dunia.
Guy Scott (70), yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden, Rabu (29/10/2014), “naik pangkat” setelah sehari sebelumnya Presiden Sata meninggal dunia saat dirawat di London, Inggris.
Guy Scott menjadi pemimpin Afrika berkulit putih pertama setelah FW de Klerk lengser dari jabatannya sebagai Presiden Afrika Selatan pada 1994.
Sesuai konstitusi Zambia, Scott akan bertugas selama 90 hari hingga pemilihan presiden baru digelar. Kepada harian The Telegraph, Scott mengatakan, promosi yang tiba-tiba ini sangat mengejutkan untuk sistem negeri itu. “Namun, saya sangat bangga mendapatkan kepercayaan ini,” ujar Scott.
Sebelumnya, Presiden Sata (77) meninggal dunia saat dirawat di RS King Edward VII, London. Sejak Sata dirawat hingga meninggal dunia, yang menjalankan tugas presiden adalah Menteri Pertahanan Edga Lungu.
Namun, kata Scott, Menhan Lungu kemudian ditunjuk sebagai penjabat presiden sesuai dengan perintah konstitusi negeri itu.
Sesuai konstitusi Zambia, hanya mereka yang memiliki orangtua kelahiran Zambia yang bisa mencalonkan diri menjadi presiden. Dengan adanya klausul itu, Guy Scott tidak bisa ikut bersaing dalam pemilihan presiden 90 hari mendatang.
“Saya tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden karena secara konstitusi saya tidak diperkenankan,” ujar Scott.
Namun, selama 90 hari ke depan, Scott pemimpin negeri itu dan pria kelahiran Zambia itu merasa sedikit aneh dengan statusnya saat ini.
“Semua orang mulai memanggil saya ‘Yang Mulia’. Lalu, ada banyak pengawal mengendarai sepeda motor yang mengikuti saya. Ini sangat aneh,” kata Scott.
Guy Scott adalah salah seorang politisi populer di Zambia. Dia pernah menjabat sebagai menteri pertanian dan dianggap sukses membawa Zambia keluar dari krisis pangan yang dipicu kekeringan pada awal 1990-an.
Scott lahir di kota Livingstone, Zambia, tetapi ayahnya adalah kelahiran Glasgow, Skotlandia, yang pindah ke Zambia, dulu bernama Rodesia Utara, pada 1927, untuk bekerja sebagai dokter di perusahaan kereta api Cecil Rhodes.
Sementara itu, ibu Scott adalah perempuan kelahiran Watford, Inggris, yang beremigrasi ke Zambia pada 1940. Scott belajar matematika dan ekonomi di Universitas Cambridge dan meraih gelar doktor dari Universitas Sussex. Dia juga mengajar dan melakukan riset robot di Oxford.
Dua putra Scott tinggal di Inggris, satu putrinya kini tengah menuntut ilmu di Inggris dan satu putranya yang lain bekerja di Zambia. (kpc)