Michelle Obama Dihargai Rp526 Ribu di Pasar Budak ISIS

Kolumnis Perempuan ISIS membela praktik perdagangan budak yang dilakukan kelompok militan tersebut. (Foto : Daily Mail)
Kolumnis Perempuan ISIS membela praktik perdagangan budak yang dilakukan kelompok militan tersebut. (Foto : Daily Mail)

RAQQA – KawanuaPost.com – Mata uang ISIS terdiri dari tiga jenis, yakni emas, perak, dan tembaga. Satu Dinar emas ISIS berharga sekira Rp1,8 juta, menurut estimasi Januari 2015 dari raasd.com.

Seorang kolumnis ISIS menyatakan ibu negara Amerika Serikat (AS), Michelle Obama, tidak akan dihargai mahal di pasar budak ISIS. Dalam tulisannya dia juga membela praktik perbudakan yang dilakukan kelompok militan itu dan berjanji akan membuka pasar budak di negara-negara Barat.

“Saya bersumpah, pasar budak akan dibuat menantang keinginan dari mereka yang merasa benar secara politik. Siapa tahu, mungkin harga Michelle Obama tidak akan melebihi sepertiga Dinar, dan sepertiga Dinar pun harga yang terlalu besar untuknya,” celoteh Umm Sumayyah al Muhajirah, seorang kolumnis perempuan majalah propaganda ISIS, Dabiq, seperti dikutip Daily Beast, Minggu (24/5/2015).

Dalam tulisan sepanjang enam halaman di majalah Dabiq yang berjudul ‘Perempuan Budak atau Pelacur’, Umm Sumayyah membela keberadaan pasar budak ISIS, yang menurutnya mengandung kebijaksanaan dan keuntungan. Dia bahkan mengutuk para pendukung ISIS yang menolak mengakui perbudakan dalam ISIS. Baginya, penolakan tersebut sama saja dengan menyebut ISIS telah melakukan kejahatan dan kesalahan.

Berbagai kesaksian dari korban perbudakan ISIS telah mengungkap perlakukan dan kondisi tidak manusiawi yang diberikan kelompok militan tersebut kepada mereka. Beberapa laporan dari kelompok pengamat hak asasi manusia bahkan menunjukkan beberapa perempuan Yazidi yang ditahan ISIS memilih untuk melakukan bunuh diri daripada hidup lebih lama lagi sebagai budak.

Namun, tulisan Umm Umayyah menyebutkan bahwa para pelacur di Barat bahkan lebih buruk dibandingkan dengan penjualan budak yang dilakukan ISIS.

“Seorang pelacur di tanah Anda melakukan dosa secara terbuka. Dia hidup dengan menjual kehormatan di depan mata para orang-orang terpelajar yang tidak mengatakan apa-apa (mengenai hal itu),” katanya seraya membandingkannya dengan para perempuan budak yang diambil para pejuang ISIS.

“Seorang perempuan budak didapatkan dengan pedang seorang pejuang, mengikuti prianya dengan senang hati. Perbudakannya dianggap bertentangan dengan hak asasi manusia,” tulisnya lagi.

Umm Sumayyah pernah menulis mengenai kewajiban para perempuan untuk bermigrasi ke wilayah ISIS dalam terbitan Dabiq sebelumnya. Dari nama al Muhajirah yang digunakannya, diduga dia sendiri merupakan salah satu perempuan yang hijrah dari negara asalnya untuk bergabung dengan ISIS.

EDITOR : SOLSILARE.

Tinggalkan Balasan