Menguak Sejarah ‘Salam Nazi’ Keluarga Kerajaan Inggris

Menguak Arti 'Salam Nazi' Keluarga Kerajaan Inggris (Foto: BBC)
Menguak Arti ‘Salam Nazi’ Keluarga Kerajaan Inggris (Foto: BBC)

LONDON – KawanuaPost.com – Foto hitam putih kabur yang menunjukkan Ibu Suri, Edward VIII, dan Ratu Elizabeth melakukan salam hormat ala Nazi mungkin mengejutkan. Tapi apa konteks sejarah di belakangnya?

Tanggal pasti dari rekaman selama 17 detik itu masih tak jelas -tapi sepertinya diambil pada 1933 atau 1934. Nazi mulai berkuasa pada Januari 1933.

Tentu saja, Ratu Elizabeth saat itu masih anak-anak sehingga ia bisa lepas dari kritikan, tapi kenapa orang-orang dewasa terlihat melakukan salam hormat itu?

“Masa itu masih sangat awal,” kata Julie Gottlieb, pengajar sejarah modern senior di Sheffield University dan penulis Guilty Women: Foreign Policy and Appeasement in Inter-War Britain.

Pada masa itu, ia menjelaskan, beberapa elemen aristokrat tak mau berprasangka dengan rezim baru tersebut. Gottlieb berargumen bahwa Nazi berupaya keras untuk merangkul kelas penguasa di Inggris.

Ada berbagai tur perjalanan yang diatur secara seksama untuk bangsawan dan anggota parlemen Inggris. “Aristokrat diundang ke rapat akbar di Nuremberg dan selalu diberi perlakuan istimewa,” katanya.

Pada 1934, Daily Mail dan Daily Mirror menerbitkan tajuk utama yang mendukung fasis Inggris Sir Oswald Mosley. Sebagian besar dari elite penguasa Inggris bersimpati pada fasisme, menurut sejarawan budaya Christopher Cook.

Selalu ada kecurigaan tentang kecenderungan politik Edward VIII, terutama karena kedekatannya dengan Hitler. Tapi tak pernah ada keraguan akan Ibu Suri.

Sulit untuk mengetahui apakah keluarga kerajaan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Jerman pada awal 1930-an.

“Ibu Suri tak akan tahu banyak tentang Hitler pada masa itu karena dia baru saja naik tampuk kekuasaan,” kata sejarawan kerajaan Hugo Vickers.

“Ibu Suri adalah figur utama Perang Dunia II, mengenakan pakaian seperti rakyat biasa, dan mengutamakan kedamaian,” katanya. “Ibu Suri tak suka dengan ajaran Nazi.”

Gestur dari video itu di masa lalu tampak lebih ambigu dibanding sekarang. “Bahkan ini belum tentu salam hormat Nazi,” kata Vickers, karena mirip dengan salam hormat fasis Italia dan pada bendera Amerika atau salam hormat Bellamy.

Namun, yang lain berpendapat bahwa Pangeran Edward (atau Edward VIII) dan Duchess of York (atau Ibu Suri) sangat sadar akan apa yang sedang mereka lakukan.

Karina Urbach dari Institute of Historical Research di University of London dan penulis Go-Betweens for Hitler mengatakan bahwa Ibu Suri pasti sudah melihat salut Nazi saat mengunjungi Italia pada 1930 dan Jerman pada 1928.

Keluarga kerajaan juga memiliki banyak kerabat Jerman dan orang-orang penting pada masa itu juga menerima penjelasan dari kantor Kementerian Luar Negeri, kata Cook.

Namun, detail yang kabur akan popularitas Partai Nazi mungkin tak sepenting akan ancaman lebih besar yang mereka pikir akan datang. Banyak keluarga kerajaan melihat fasisme partai Nazi adalah solusi dari ketakutan mereka, kata Urbach.

“Banyak orang pada 1930an percaya bahwa mereka hidup di tengah perang ideologi. Pilihannya antara komunisme atau fasisme dan kita harus mendukung fasisme,” kata Urbach.

Pangeran Edward juga “terobsesi” dengan pembunuhan sepupu-sepupunya keluarga Romanov di Rusia, katanya. Sama seperti kebanyakan penduduk, keluarga kerajaan juga masih trauma dengan kengerian Perang Dunia I.

Menurut Gottlieb, ada pemahaman dan simpati akan Jerman pada waktu itu. Ikatan antara dua negara juga “personal dan nyata dan membudaya”.

Keluarga kerajaan saat itu, menurutnya, pro-penyerahan kekuasaan. “Kebijakan itu tak berarti pro-Jerman meski kebijakan tersebut memaklumi dan menyembunyikan banyak dampak-dampaknya.”

Namun pro-penyerahan kekuasaan adalah pemikiran banyak politisi serta sentimen publik.

Menurut para sejarawan, aksi Ibu Suri dan Raja Edward VIII, saat itu masih Pangeran Edward, melakukan salam hormat Nazi mungkin bisa dijelaskan dengan mudah.

“Hitler sering diejek dan selalu ada di koran dan kartun dan dia menjadi objek candaan, dan salam hormat itu adalah kekhasannya,” kata Gottlieb. “Tak mengherankan untuk meniru gayanya hanya untuk lucu-lucuan.”

Debat akan tepat atau tidaknya merilis rekaman tersebut tentu akan berlanjut, serta tentang bagaimana rekaman tersebut bisa dikirim ke koran, tapi sebagian berpikir bahwa rekaman ini tak akan memberi informasi mendalam dari apa yang selama ini sudah diketahui tentang sikap keluarga kerajaan pada periode tersebut.

“Insting saya, ini adalah kekonyolan yang tidak dipikir baik-baik yang menjadi lebih konyol karena menjadi bagian dari arsip Windsor yang tertutup, yang tidak kita ketahui,” kata Cook, sebagaimana dikutip dari BBC, Rabu (22/7/2015).

EDITOR : HERMAN. M.

Tinggalkan Balasan