PYONGYANG – KawanuaPost.com – Upacara pernikahan adalah sebuah peristiwa penting bagi sebagian besar pasangan yang akan menjadi suami istri. Di Korea Utara (Korut) peristiwa itu tidak hanya melibatkan pasangan, keluarga serta kerabat, tapi juga pemerintah dan partai berkuasa yang seringkali ikut campur.
Seorang pembelot Korut menceritakan perbedaan yang ada antara pernikahan di Korut dengan negara lainnya, terutama Korea Selatan (Korsel), sebagaimana yang dilansir The Guardian, Selasa (11/8/2015).
Sebagian besar upacara pernikahan di Korut masih dilakukan dengan adat tradisional Korea. Mempelai laki-laki dan perempuan memakai pakaian tradisional Hanbok. Tetangga dan keluarga berdatangan untuk memberi mereka selamat sambil menikmati makanan dan minuman.
Hal yang berbeda adalah tidak adanya buket bunga yang dilempar seperti halnya pernikahan di Korsel atau di negara-negara lain. Buket bunga yang dibawa pengantin adalah buket yang dipersembahkan kepada patung Pemimpin Besar Korut, Kim Il-sung sebagai tanda penghormatan, segera setelah upacara pernikahan.
Foto pengantin juga diambil di depan patung tersebut. Hal ini tidak diwajibkan, namun sebagian besar pasangan merasa harus melakukannya. Ada dua tanggal yang dilarang untuk dijadikan tanggal pernikahan di Korut, yaitu 15 April dan 16 Februari yang merupakan tanggal lahir mendiang pemimpin Korut.
Keunikan lainnya dalam pernikahan di Korut adalah ayam hidup yang selalu ada di setiap pernikahan di negara itu. Kehadiran ayam betina atau jantan di upacara pernikahan Korut adalah sebuah tradisi lama. Orang-orang yang hadir menyematkan kurma atau bunga di paruh ayam betina, sedangkan pada paruh ayam jantan diletakkan cabai merah.
Pesta pernikahan dipandang sebagai cara menunjukkan seberapa penting kedudukan mereka. Karena itu, pesta diadakan dengan meriah dan besar-besaran.
Kemewahan itu dinilai dengan banyaknya mobil yang terparkir di halaman hotel atau ruangan pesta tempat para pejabat di Pyongyang melangsungkan upacara. Selain itu, pengantin pria selalu menerima setidaknya sebuah jam tangan.
Penduduk Korut juga tidak mengenal adanya bulan madu. Saat seorang warga Korut menikah, keesokan harinya dia sudah kembali bekerja.
EDITOR : HERMAN. M.