MINUT, Kawanuapost.com – Gubernur Sulawesi Utara, Yulius Selvanus, SE meresmikan pembangunan 108 Rupang Buddha dalam perayaan Hari Raya Suci Waisak 2569 tahun 2025, bertempat di Desa Kolongan Minahasa Utara, Senin (12/05/2025).
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubernur Yulius Selvanus, diikuti dengan pelepasan puluhan burung merpati sebagai lambang perdamaian dan kebebasan.
Dalam sambutannya, Gubernur Yulius Selvanus menyampaikan rasa syukur atas kehadiran berbagai elemen masyarakat dalam perayaan ini.
“Saya sangat senang melihat toleransi beragama di Sulut yang begitu luar biasa. Buktinya, di tempat ini, kita melihat kehadiran semua agama untuk merayakan Waisak bersama. Terima kasih atas kebersamaan ini!” ungkap Gubernur Yulius Selvanus penuh semangat.
Gubernur Yulius Selvanus juga menegaskan pentingnya menjaga kerukunan umat beragama sebagai warisan berharga Sulut.
“Kerukunan ini harus kita pelihara, jaga, dan rawat bersama. Mari kita terus saling hormat-menghormati, karena inilah kekuatan kita,” ujarnya.
Diketahui, pengerjaan pembangunan 108 Rupang Buddha di Arama Kebun Kesadaran Kolongan dimulai pada Januari 2021 dan kini telah rampung, menjadi salah satu destinasi spiritual yang menakjubkan di Sulut. Sebanyak 108 patung Buddha, yang masing-masing identik dalam tinggi, bentuk, dan gaya, berdiri megah sebagai representasi nilai-nilai luhur agama Buddha.
Rupang Buddha bukan sekadar karya seni, melainkan simbol spiritual yang sarat makna.
Dalam ajaran Buddha, rupang ini digunakan sebagai objek penghormatan, meditasi, dan pengingat akan ajaran Sang Buddha. Setiap posisi dan ekspresi rupang memiliki makna mendalam:
– Ketenangan: Rupang Buddha dalam posisi duduk dengan mata tertutup melambangkan kedamaian batin dan meditasi.
– Kebijaksanaan: Posisi tangan tertentu pada rupang duduk menggambarkan pengetahuan dan pencerahan.
– Kasih Sayang: Rupang berdiri dengan tangan terbuka mencerminkan pengampunan dan cinta kasih universal.
Keberadaan 108 Rupang Buddha ini menjadi pengingat akan ajaran inti Buddha, seperti Dhamma (jalan menuju pencerahan), Karma (hukum sebab-akibat), dan Nirwana (kebebasan dari siklus kelahiran dan kematian).
Angka 108 sendiri memiliki makna khusus dalam tradisi Buddha, melambangkan jumlah nafsu duniawi yang harus diatasi untuk mencapai pencerahan.
Keberadaan 108 Rupang Buddha di Arama Kebun Kesadaran Kolongan tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, tetapi juga berpotensi menarik wisatawan lokal maupun internasional.
Dengan keindahan arsitektur patung-patung yang harmonis, dipadukan dengan lingkungan alam Kolongan yang asri, tempat ini diharapkan menjadi destinasi wisata spiritual yang menginspirasi.
Acara peresmian ini juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan budaya, seperti tarian tradisional dan pembacaan sutra oleh para biksu, yang semakin memperkaya pengalaman spiritual para hadirin.
Perayaan Waisak di Arama Kebun Kesadaran Kolongan menjadi bukti nyata bahwa Sulawesi Utara terus menjadi teladan dalam menjaga harmoni antar umat beragama. Kehadiran tokoh lintas agama dalam acara ini mencerminkan semangat persatuan yang telah mengakar kuat di bumi Nyiur Melambai.
Dengan selesainya pembangunan 108 Rupang Buddha, Sulut kini memiliki sebuah monumen spiritual yang tidak hanya memperkaya khazanah budaya daerah, tetapi juga menjadi simbol perdamaian dan kebijaksanaan bagi generasi mendatang.
Hadir dalam acara ini tokoh-tokoh agama Buddha, perwakilan berbagai agama, serta masyarakat lintas iman, yang bersama-sama merayakan semangat harmoni dan kerukunan. (*)