MANADO – KawanuaPost.com – Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin mengakui, kerukunan antara umat beragama di Sulawesi Utara telah menjadi simbol kerukunan beragama di Indonesia. Pengakuan Menag tersebut disampaikan pada acara pembukaan Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) di Hotel Peninsula Manado, Kamis (03/09).
“Indonesia mini ada di sini (maksudnya di Sulawesi Utara red). Sikap toleransi dan tenggang rasa yang dimiliki masyarakat Nyiur Melambai memberi kekaguman bagi bangsa Indonesia, terutama di sektor keagamaan,” ujar Saifuddin.
Menurut Saifuddin terselenggaranya hajatan ini merupakan suatu yang luar biasa bagi daerah sulut, dimana penduduk terbesar beragama nasrani (kristen) namun mampu melaksanakan kegiatan ini. Hal itu menurut Saifuddin sejalan dengan semangat dari salah seorang Pahlawan Nasional asal Sulut DR Sam Ratulangi, lewat filosofinya “Manusia Hidup Untuk Memanusiakan Orang Lain”.
“Sungguh luar biasa deaerah yang dihuni 75 persen beragama kristen namun bisa menjadi tuan rumah 15Th AICIS 2015, yang notabenenya adalah kegiatan dari umat Islam”, ucapnya.
Sementara itu Gubernur Sulut Dr Sinyo Harry Sarundajang, diwakili Wagub Dr Djouhari Kansil MPd mengatakan, Sulawesi Utara sudah terbiasa dengan even-even keagamaan. Dengan semboyan Torang Samua Basudara telah memberi motivasi dan inspirasi, sehingga even apapun yang di gelar di didaerah ini terus menuai sukses, karena masyarakat mendukung untuk memberi kontribusi positif bagi kemajuan pembangunan daerah dan bangsa, sembari menyebutkan, harmonisasi kehidupan masyarakat Sulut begitu terasa ditengah-tengah pluralitas (kemajemukan), baik dari sisi etnis, religi, budaya dan adat istiadat. Realitas keberagaman ini disyukuri sebagai anugerah Tuhan sehingga masyarakat senantiasa hidup dalam persaudaraan yang rukun, damai, saling menghargai dan menghormati perbedaan.
Karena itu kegiatan AICIS merupakan momentum yang tepat dan strategis untuk mempresentasikan hasil-hasil kajian dan penelitian terbaru untuk mencermati perkembangan pemikiran dan pengkajian Islam di Indoensia dalam setiap tahunnya, sekaligus mewadahi kontribusi pengkajian islam terhadap problem kemnausiaan yang dihadapi masyarakat dewasa ini. Hal ini sesuai dengan Tema yang diangkat dalam forum ini, yaitu Harmony In Diversity “Promotion And Preventing Conflicts In Sosio-Religous Life”, tandas orang nomor dua di Sulut.
SUMBER : HUMAS & PROTOKOL SETDAPROV SULUT.
EDITOR : HERMAN. M.