Demikian penekanan Gubernur Sulawesi Utara DR Sinyo Harry Sarundajang ketika diwawancarai oleh insan pers beberapa waktu yang lalu ketika diminta tanggapannya terhadap hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presdien RI.
Sarundajang mengajak seluruh komponen masyarakat untuk dapat menerima apapun hasil yang nantinya akan diumumkan oleh KPU sebagai lembaga resmi penyelengara Pemilu di Indonesia, terkait pengumuman hasil pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI tanggal 22 Juli nanti, karena apapun hasilnya, siapun yang dinyatakan sebagai pemenang apakah Kubu Prabowo-Hatta Rajasa maupun kubu Jokowi-Jusuf Kalla, merekalah yang nantinya akan menjadi Presdien dan Wakil Presiden RI untuk 5 tahun mendatang, oleh karena itu, kita semua harus menghadirkan suasana sejuk karena pesta demokrasi telah usai, semua pihak harus menahan diri, hindari tindakan-tindakan yang bersifat anarkisme serta pernyataan-pernyataan yang dapat menimbulkan konflik.
Khusus kepada masyarakat Sulawesi Utara, SHS percaya sebagai masyarakat yang telah mengenal demokrasi sejak lama dan menganggap demokrasi sebagai bagian dari budaya kehidupan yang tumbuh dan menjadi kearifan lokal (local wisdom), maka masyarakat pasti akan bisa menerima setiap keputusan resmi dari pemerintah, mari kita tunjukkan bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang telah dewasa dalam menyikapi tuntutan demokrasi, jadikan demokrasi sebagai bagian dari martabat bangsa sehingga kita dapat menjadi bangsa yang maju dan diperhitungkan oleh dunia.
“Walaupun di satu sisi kita menyadari Demokrasi Indonesia memang masih dalam proses. Demokrasi membutuhkan sosok yang mampu mengarahkan ke mana demokrasi akan dibawa. Sosok yang mempunyai visi yang benar mengenai demokrasi, memiliki cara komunikasi politik yang penuh empati, serta mempunyai kecerdasan akademik dan emosional untuk membawa Indonesia ke dalam sistem politik demokratis, namun ini semua adalah bagian dari realita politik yang harus di jalani bersama, dan saya yakin masyarakat Sulawesi Utara akan menjadi masyarakat terdepan dalam berdemokrasi” pungkas Sarundajang.