JAKARTA, Kawanuapost.com – . Kasus dugaan penodaan agama yang menjerat calon gubernur petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, turut berdampak kepada Pelaksana Tugas Gubernur DKI JakartaA�Sumarsono.
Ia kerap menerima penolakan serta protes warga yang sebenarnya dilayangkan untuk Basuki.
Dengan menjabat sebagai pelaksana tugas gubernur DKI Jakarta,A�Sumarsonomemiliki hak untuk menerima fasilitas-fasilitas gubernur.
Fasilitas tersebut sebelumnya merupakan hak Basuki aliasA�AhokA�yang sedang cuti kampanye. Beberapa fasilitas yang digunakan olehA�SumarsonoA�adalah rumah dan kendaraan dinas.
Fasilitas-fasilitas itu juga yang kerap menjadi sasaran para anti-Ahok.SumarsonoA�bercerita, rumah dinasnya pernah dilempari orang yang anti terhadapA�Ahok.
Peristiwa itu terjadi setelah ia menjabat Plt gubernur.A�SumarsonoA�memang menempati rumah dinas di Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.
Meski merupakan rumah dinas gubernur,A�AhokA�tidak menempati rumah itu karena lebih memilih menempati rumah pribadinya di Pantai Mutiara, Jakarta Utara.
Sumarsono mengatakan, warga yang melempari rumah dinasnya itu tidak tahu bahwaA�AhokA�tidak pernah menempati rumah tersebut.
“Bukan batu, bukan apa, tetapi dilempari sesuatu sambil teriak ‘Allahu Akbar’. Setelah diberi tahu oleh satpam PakA�AhokA�tidak tinggal di sini, baru dia datang minta maaf,” kataA�SumarsonoA�usai kunjungannya ke Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat (30/12).
MenurutA�Sumarsono, pelemparan batu ke rumah dinas tersebut merupakan satu dari beberapa kejadian yang dialaminya sebagai imbas dari kasus dugaan penodaan agama yang menyeretA�Ahok.
Selain kejadian itu,A�SumarsonoA�sering dibuntuti orang tidak dikenal saat dia sedang berada dalam perjalanan.
Untuk diketahui, selamaA�SumarsonoA�menjabat sebagai Plt Gubernur DKI Jakarta, pelat mobil “B 1 DKI” kembali beredar.
Ahok sebelumnya tidak menggunakan pelat tersebut. Namun, pelat “B 1 DKI” itu kini menjadi masalah.
Dia sering diikuti dan diteriaki warga anti-Ahok ketika menggunakan pelat itu. Warga yang meneriakinya seringkali mengira bahwaA�AhokA�yang sedang berada di dalam mobil.
Sumarsono mengatakan, warga tersebut meneriakinya dengan ungkapan yang dinilai suci dalam ajaran agama Islam.
KetikaA�SumarsonoA�membuka jendela mobilnya, biasanya warga akan langsung meminta maaf. Meski demikian, dia tetap menyayangkan tindakan tersebut.
“Sayang-lah ‘Allahu Akbar Allahu Akbar’ itu sebuah ungkapan suci yang harus disampaikan dengan sangat khusyuk. Kalau hanya neriaki mobil, padahal begitu dibuka kaca saya, teriakannya jadi ‘mohon maaf Bapak’,” kataSumarsono.
Akhirnya, dia pun melepas pelat “B 1 DKI” itu dan menggantinya dengan pelat B 1549 RFS. Dia tidak ingin pelat mobilnya memancing permasalahan yang tidak perlu.
Sumarsono tidak mau mengeluhkan situasi yang dialaminya itu. Dia menganggap ini semua risiko yang harus dia hadapi dalam memimpin Jakarta. Apalagi, di tengah situasi politik menjelang Pilkada seperti saat ini.
“Ibaratnya dalam perjuangan untuk memimpin Jakarta ada sesuatu, saya sudah niat akan saya wakafkan diri saya untuk Jakarta. Jadi apa pun yang terjadi sudah-lah saya terima apa yang harus saya terima,” ujarA�Sumarsono.