MANADO, Kawanuapost.com – Pemerintahan Gubernur Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Drs Steven OE Kandouw berjuang melalui visi misi dan program untuk menegaskan pada daerah dan dunia luar bahwa Sulawesi Utara yang berada di ujung Peninsula Pulau Celebes ini, harus menjadi Pintu Gerbang Indonesia di Pacifik; North Sulawesi, Pacifik Gateway of Indonesia.
Tentunya, hal itu terinspirasi dari ide dan gagasan dari pemikir dan tokoh-tokoh asal Sulawesi Utara seperti Dr. Sam Ratulangi sebagai tokoh multidimensional. Mantan Gubernur Sulawesi ini pada tahun 1937, telah menulis buku “Indonesia di Pasifik“ dan menuliskan konsep dasar Sulawesi Utara sebagai Pintu Gerbang Indonesia di Pasifik. Ide tentang geoposisi dan geostrategi sudah dibahas sejak 82 tahun lalu, bersama dengan falsafah “Sitou Timou Tumou Tou”.
Selain itu ada nama Maria Walanda Maramis yang memperjuangkan agar perempuan mendapatkan hak suara untuk memilih wakil rakyat di Minahasa Raad. Lalu ada L.N Palar; Diplomat Indonesia Pertama di PBB yang menjadi diplomat legendaris sebagai Duta Besar RI untuk Jerman Timur,Uni Soviet, Kanada, dan Amerika Serikat, dan nama A.A Maramis, sebagai anggota badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan kemerdekaan Indonesia, berperan merumuskan Pancasila.
Menurut Gubernur Olly, konsep pembangunan saat ini, semestinya dan seharusnya didirikan di atas fondasi yang telah dibuat oleh para leluhur. Posisi Sulawesi Utara di bibir pasifik, secara alamiah memberikan akses yang luar biasa, sehingga keunggulan komparatif dan kompetitif sudah berada di Sulut. Ditambah dengan dukungan dari pemerintah pusat lewat banyaknya proyek-proyek strategis, peluang Sulut untuk bertumbuh dan berkembang makin besar.
Dari kacamata pemerintah pusat, Sulut laksana permata merah delima dari timur, bercahaya di ujung utara jazirah pulau Sulawesi dengan prestasi dan capaian yang sangat signifikan.
Pemerintahan Gubernur Olly dan Wagub Steven telah merancang pembangunan melalui RPJMD 2016-2021.
Selain capaian (pada bagian pertama; Sulut, the rising star), pada bagian kedua ini, terpotret keberhasilan Pemprov Sumut, yaitu;
Kedua, Meningkatnya derajat kualitas Pembangunan Manusia, yang diindikasikan antara lain melalui:
1. IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang merupakan pengukur tingkat kesehatan, pendidikan dan pengeluaran per Kapita dari 71.05 di tahun 2016 menjadi 72.99 di tahun 2019. Ini menggambarkan kualitas hidup masyarakat Sulut yang terus meningkat, bahkan berada pada ranking 7 nasional.
2. Rata-Rata Lama Sekolah mengalami peningkatan dari 8,96 tahun di tahun 2016 menjadi 9,24 tahun di tahun 2020.
3. Usia Harapan Hidup mengalami peningkatan dari 70,94 tahun di tahun 2016 menjadi 71,26 tahun di tahun 2020.
4. Angka Kematian Bayi/1000 Kelahiran, dari 29 kasus di tahun 2016 menjadi 5 kasus di tahun 2019. Terjadi penurunan kasus kematian bayi karena pelayanan kesehatan yang lebih baik.
5. Angka Kematian Ibu/100.000 Kelahiran mengalami penurunan karena pelayanan kesehatan yang lebih baik, dari 183 kasus di tahun 2016 menjadi 126 kasus di tahun 2019.
Ketiga, Meningkatnya aktivitas ekonomi yang berkelanjutan, yang diindikasikan antara lain melalui:
1. Pertumbuhan Ekonomi sampai dengan tahun 2019, tetap tumbuh positif diatas rata-rata nasional (5%). Dari 6,17% di tahun 2016 menjadi 5,66% di
tahun 2019. Untuk tahun 2020 pertumbuhan ekonomi terjadi perlambatan karena merebaknya pandemi Covid-19 secara global, triwulan I Sulut masih bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi positif, namun triwulan II terjadi kontraksi, dan pada triwulan III dan IV pertumbuhan ekonomi akan positif lagi.
2. Inflasi yang merupakan pengukur perkembangan harga dan ketersediaannya, dapat dikendalikan dibawah angka inflasi nasional. Bahkan pada tahun 2018, mendapatkan penghargaan pengendalian inflasi terbaik berupa prestasi nasional di tingkat pulau Sulawesi. Dari dari 6,28% di tahun 2016 menjadi 3,52% di tahun 2019.
3. Tingkat Pengangguran terus menurun dari tahun ke tahun. Dari 7% di tahun 2016 menjadi 6,25% di tahun 2019.
Keempat, Meningkatnya pendapatan rata-rata penduduk, yang diindikasikan antara lain melalui:
1. Pendapatan per Kapita (terjadi peningkatan karena sektor pariwisata bertumbuh positif ditunjang dengan sektor-sektor riil lainnya). Kurun waktu 5 tahun terjadi peningkatan sebesar 14,15 Juta Rupiah atau naik 137,44%. Dari 32 Juta Rupiah di tahun 2016 menjadi 52,20 Juta Rupiah di tahun 2019.
2. Gini Ratio (gap antara penduduk berpendapatan tinggi dan penduduk berpendapatan rendah) mengalami penurunan sejak 2016 sampai saat ini. Dari 0.394 di tahun 2016 menjadi 0.367 di tahun 2019.
Kelima, Meningkatnya infrastruktur dan pengembangan wilayah, yang diindikasikan antara lain melalui:
1. Proporsi panjang Jalan Provinsi dalam kondisi mantap, dan meningkat sebesar 4,48%. Dari 75,02% di tahun 2016 menjadi 79,50% di tahun 2019.
2. Persentase daerah irigasi yang terairi air irigasi meningkat sebesar 18,57%. Dari 59,15% di tahun 2016 menjadi 77,72% di tahun 2019.
3. Akses terhadap air minum berkualitas terus meningkat karena adanya pembangunan sejumlah sarana dan prasarana penyediaan air bersih. Dari 66,79% di tahun 2016 menjadi 82,36% di tahun 2019. Dengan kata lain masyarakat yang mengakses air minum berkualitas meningkat sebesar 15,57%.
4. Rasio Elektrifikasi dari 89,17% di tahun 2016 menjadi 99,99% di tahun 2019. Indikator ini mencerminkan bahwa hampir seluruh rumah tangga di Sulut telah terlayani energi listrik.
Keenam, Meningkatnya potensi dan akses pariwisata yang berdaya saing, yang diindikasikan antara lain melalui:
1. Kunjungan wisatawan menunjukan peningkatan sebesar ± 521%, karena adanya terobosan pembukaan direct flight ke sejumlah kota besar di RRT. Dari 38.400 orang wisawatan di tahun 2016 menjadi 153.656 orang wisatawan di tahun 2019. Dengan peningkatan itu, Sulawesi Utara dinobatkan sebagai The Rising Star Destination of Year 2019.
Ketujuh, Meningkatnya kapasitas tata kelola pemerintahan, yang diindikasikan antara lain melalui:
1. Pendapatan Daerah dari 2,885 Triliun Rupiah di tahun 2016 menjadi 3,940 Triliun Rupiah di tahun 2019. Dengan pengembangan inovasi pendapatan daerah sehingga pendapatan daerah meningkat.
2. Belanja Daerah dari 2,986 Trilyun Rupiah di tahun 2016 menjadi 4,504 Trilyun Rupiah di tahun 2019. Belanja daerah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi terhadap investasi sektor pemerintah.
3. Opini BPK dari WTP bisa dipertahankan berturut-turut dalam 5 tahun.
4. Nilai SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) yang meningkat dari predikat C ke predikat B berdasarkan (penilaian KemenPAN RB).
Selain itu, Pemprov Sulut juga berhasil memperoleh prestasi membanggakan melalui inovasi daerah, antara lain program PERKASA (Perlindungan Pekerja Sosial Keagamaan di Provinsi Sulawesi Utara), dimana program PERKASA meraih juara 1 nasional Paritrana Award yang merupakan penghargaan Presiden RI di bidang BPJS Ketenagakerjaan.
Terkait pembangunan Sektor Kesehatan, Pemprov Sulut sedang merampungkan pembangunan RSUD Provinsi Sulawesi Utara, RS Khusus Mata, RS Jiwa Tateli dan Klinik Mata, yang akan diselesaikan pada bulan Desember 2020.
Selain itu, Sulawesi Utara terus mendukung program prioritas nasional Penurunan Angka Stunting, yang berhasil ditekan hingga 21,18%, menduduki rangking 7 nasional, dan berada dibawah angka nasional yaitu 27,67%.
Dalam pembangunan Pendidikan, Sulut berhasil membuktikan bahwa fondasi pendidikan secara keseluruhan relatif baik. Penerapan Ujian Nasional Berbasis Komputer pada tingkatan SMA yang sudah 100%.
Gerakan Revolusi Mental terus bergema di Sulawesi Utara. Senada dengan Pusat, Sulut canangkan Gerakan Reformasi Birokrasi, lewat penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik.
Sulut juga terus membangun infrastruktur darat, laut, udara, karena berdampak ke banyak sektor untuk mewujudkan mimpi Sulut di Gerbang Pasifik, yang kita bangun, yakni:
• Jalan Tol Manado Bitung;
• Jalan dari Bandara Internasional Sam Ratulangi ke Likupang sepanjang 33 Km;
• Pembangunan Jalan Akses Pariwisata;
• Manado Outer Ring Road III;
• Manado Marina Bay;
• International Hub Port Bitung;
• Dermaga Cruise Likupang;
• Renovasi Berbagai Pelabuhan;
• Jembatan Nusantara Pulau Karakelang-Salibabu;
• Jembatan Bitung-Pulau Lembeh;
• Perluasan Bandara International Sam Ratulangi;
• Bandara Pihise Sitaro, Bandara Loloda Mokoagow Bolmong, dan Bandara Miangas Talaud;
• Lanjutan Pembangunan Jalan Boulevard Manado.
Dibangunnya KEK Pariwisata Likupang serta dibukanya penerbangan dari Tiongkok, dan Davao Filipina bawa semarak Pariwisata Sulut Maju.
Apalagi didukung dengan banyak pembangunan hotel dengan berbagai varian karena laju pertumbuhan wisata dan beragam pembangunan lainnya.
Dalam upaya Mitigasi Bencana, Pemprov Sulut genjot percepatan pembangunan Bendungan Multifungsi, yakni Bendungan Kuwil-Kawangkoan dan Bendungan Lolak yang diperuntukan untuk mitigasi bencana memiliki beragam fungsi, untuk menopang sektor pertanian, manajemen air baku, serta objek wisata.
PPN Produk Pertanian tidak hanya dinikmati masyarakat Sulut, tapi seantero Indonesia. Dalam langkah mewujudkan Sulut berdaulat pangan. Penurunan tarif efektif pajak pertambahan nilai produk pertanian dari 10% menjadi 1%.
Pemprov Sulut juga memberikan asuransi untuk petani; pembagian bibit unggul dari beragam komoditi tani; modernisasi tambak udang tradisional; bantuan mesin perahu dan jaring apung buat para nelayan; bantuan alat pertanian; bantuan mesin pengolah kelapa ke daerah daerah sentra kelapa; dan pengolahan kelapa.
Adapun terkait penanggulangan pandemi Covid-19, Pemprov Sulut menganggarkan dana berjumlah Rp 201,4 miliar untuk penanganan kesehatan, penyediaan jaring pengaman sosial dan penanganan dampak ekonomi.
Kegiatan penanganan dampak ekonomi ini berupa pemberian bantuan Saprodi kepada petani, peternak, nelayan, IKM, UKM, serta bantuan pembayaran premi asuransi kepada peternak sapi dan petani padi sawah.
Di samping itu untuk menjaga ketahanan pangan daerah, disiapkan juga alokasi anggaran untuk pengisian lumbung pangan.
Ada juga beberapa kegiatan fisik pelaksanaannya bersifat padat karya sehingga diharapkan dapat meminimalisir pengangguran yang terjadi akibat Covid-19.
Di tengah upaya pemulihan ekonomi di daerah, Sulut juga mendapatkan kucuran dana pinjaman lunak senilai Rp 1 triliun dari Pemerintah Pusat melalui Bank SulutGo.
Di bidang Ekspor hasil daerah, Sulut memenuhi permintaan pasar negara-negara, sekalipun masih di tengah Pandemi Covid-19.
Bulan September 2020, Sulut mampu mengekspor minyak kelapa mentah ke Negeri Jiran, Malaysia, sebanyak 7.631 ton dengan nilai USD 6,29 juta. Juga ekspor Belanda, Amerika Serikat, China, dan beberapa negara Eropa.
Ekspor Bungkil Kelapa ke India masih menjadi primadona Sulawesi Utara (Sulut) di tengah pandemi Covid-19 saat ini, sebanyak 6.000 ton dengan nilai ekonomis mencapai Rp5,4 miliar.
Karantina Pertanian Manado mencatat fasilitasi ekspor Bungkil Kelapa selama bulan Januari hingga Oktober tahun 2020 sebanyak 100,8 ribu ton, dengan nilai ekonomis sebesar Rp276,85 miliar.
Terjadi peningkatan sebanyak 14,7 persen dibanding periode sama tahun 2019 mencatatkan sebanyak 87,88 ribu ton, dengan nilai ekonomi Rp159,65 miliar.
Ekspor Bungkil Kelapa ini pada tahun 2020 didominasi oleh India yang mencapai 96,7 persen, sisanya diekspor ke Vietnam, sedangkan pada tahun 2019 ekspornya masih didominasi oleh India sebanyak 91,6 persen, sisanya ke Vietnam dan Korea Selatan.
Selain itu, Gubernur Olly pada Agustus 2020, melepas 10 jenis komoditas hasil pertanian dan perkebunan senilai Rp 47,8 miliar ke 15 negara.
Pada September 2020, Sulit berhasil ekspor Ikan Beku ke Amerika Serikat (AS) sebanyak 18 ton dengan menghasilkan devisa bagi negara sebesar US$168.000 dolar AS (setara Rp2,5 miliar dengan kurs US$1=Rp14.900).
Upaya kerja keras Gubernur Olly meski di tengah pandemi Covid-19 juga berhasil membuat terobosan dengan membuka direct call ekspor Manado-Jepang dari Bandara Sam Ratulangi Manado ke Bandara Narita, Tokyo.
Tercatat ekspor perdana sebesar 10,39 ton ikan tuna sirip kuning dari Manado dan Ambon ke negeri sakura senilai USD 66.423,94 ini menjadi kabar gembira, khususnya bagi pelaku usaha perikanan Sulawesi Utara dan sekitarnya. Terlebih provinsi tersebut memiliki potensi perikanan yang luar biasa.
Ekspor perdana ini diikuti juga 100 kg sampel komoditas pertanian Sulut berupa nanas, bawang merah, pala, dan komoditi lainnya.
Ekspor kedua dilepas pada 30 September 2020 dengan jumlah yang bertambah. Meliputi komoditas ikan tuna, ikan nila, lobster dengan total 6.1 ton serta sampel pertanian 90 kg. Untuk tahap ketiga, angkanya bertambah menjadi lebih dari 9,1 ton.
Usaha mendorong agroindustri juga membawa Gubernur Sulut, Olly Dondokambey terpilih menjadi pemenang penghargaan “The Innovative Leader in Agroindustry 2020” di ajang CNBC Indonesia AwardAward pada 23 Oktober 2020.
Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi CNBC Indonesia kepada kepala daerah yang memiliki program inovatif dan determinasi yang kuat untuk memperkuat sektor riil di tengah krisis pandemi.
Untuk mencapai penilaian tersebut, Tim Riset CNBC Indonesia melakukan kajian riset dan analisis terhadap kemajuan perekonomian daerah, dengan fokus pada tiga variabel: innovation (inovasi program), process (efektivitas implementasi), dan people (dampak bagi stakeholder).
Haruslah diakui, berbagai terobosan Pemprov Sulut di bawah Kepemimpinan Olly Dondokambey-Steven Kandouw semakin menegaskan bahwa Sulut benar-benar pintu gerbang Indonesia di pasar perdagangan Pasifik saat ini, North Sulawesi, Pacific Gateway of Indonesia.
(Advetorial)