SulutGo Bangkit, Lakukan Pemulihan dan Perbaikan Ekonomi

Manado.Kawanuapost.com – Kondisi perbankan di Sulawesi Utara (Sulut) terutama Bank SulutGo atau (BSG) mulai membaik, pasca covid yang melanda dunia bahkan Sulut.

Dirut BSG Revino Pepah
Dirut Bank SulutGo, Revino Pepah

Direktur Utama (Dirut) Bank SulutGo, Revino Pepah angkat bicara mengenai hal ini. Menurutnya, saat pandemi banyak bisnis yang tidak kondusif, bahkan banyak usaha-usaha yang tidak bergerak secara normal. Dampaknya ikut dirasakan semua elemen termasuk BSG, sehingga pihaknya sangat berhati-hati.

Selain itu juga, ada usaha-usaha lain seperti sektor perhotelan, usaha pariwisata yang berkaitan langsung dengan situasi kondisi ekonomi mengalami perlemahan kegiatan usaha. Akibatnya tentu berdampak jika menerima fasilitas kredit.

“Misalnya kredit menjadi tidak lancar, sehingga harus melakukan rekstukturisasi, ini kondisi yang sebelumnya,” ungkap Revino Pepah, Selasa (30/8/2022).

Lanjutnya, seiring berjalannya waktu tahun ini mulai menunjukan pemulihan, walaupun ada tren covid mulai naik lagi. Namun, pemulihan ini sudah berjalan dan memang ini mulai menunjukan adanya perbaikan.

Perbaikan ini belum secara seratus persen, karena ada beberapa nasabah BSG yang mulai selesai restrukturisasi dan mulai menunjukan ada perubahan. Harus juga disadari setelah covid ini mulai berakhir dan mulai ada pemulihan, muncul juga masalah yang lain di tingkat nasional maupun internasional.

“Perang Rusia dan Ukraina kemudian resesi beberapa negara maju ini Amerika menunjukan perlemahan. China masih lock down otomatis lingkungan bisnis ini atau lingkungan eksternal memiliki dampak juga. Akan tetapi kita bersyukur kemarin pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara masih menunjukan 5,93 persen di atas rata-rata Nasional pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,4 persen lebih tinggi dari beberapa negara lain,” tutur Pepah.

Situasi ini membawa dampak yang baik bagi BSG, artinya di negara lain inflasi sudah tinggi sekali. Walaupun juga naik inflasi namun tidak setinggi negara lain. “Perkembangan kita terakhir ini BI Rate sudah dinaikan seperti seven day seribu dari Bank indonesia sudah di naikan 25 basis point dari 3,50 menjadi 3,75 point. Nah ini berarti ada kenaikan tingkat bunga sehingga ini juga mempengaruhi lingkungan bisnis. Jadi tadi covidnya sudah selesai dan hampir selesai tetapi ada masalah yang lain yaitu Masalah inflasi. Ini semua berpengaruh walaupun diakui Bank SulutGo masih sebagian besar inut Sumer tetapi juga bergerak di tranding produktif karena BSG juga merupakan Bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR), sehingga kita harapkan tahun ini bisa bertumbuh, meskipun belum bertumbuh secara signifikan di bandingkan tahun sebelumnya namun kita tetap harapkan terus bertumbuh,” ujarnya.

Lanjut Pepah, tahun depan apabila memang pandemi ini dinyatakan sebagai full endemi maka diharapkan tentunya kondisi ekonomi global bisa segera pulih. “Disini juga sangat berpengaruh, karena kita ini Bank banyak yang berkaitan dengan pemerintah daerah sebagai transaksi keuangan.Jika transaksi keuangan di daerah kita membaik, tentu kita juga membaik. Seperti ketahui kalau lingkungan ekonomi kurang kondusif keuangan pemerintah, berpengaruh juga di BSG tetapi kita harapkan tahun depan bisa lebih baik,” urainya.

Selanjutnya kata Pepah, ke depan pihaknya juga fokus untuk digitalisasi. Tentu ini akan menjadi suatu kebutuhan untuk perbankan ke depan walaupun BSG sebagai bank daerah tetapi digitalisasi ini menjadi suatu concern bahwa BSG akan menuju ke digitalisasi secara bertahap meskipun dengan cost yang cukup tinggi, di satu pihak BSG sebagai Bank lokal yang kemampuannya terbatas.

“Jadi kita tidak seperti bank nasional, nank internasional atau Bank BUMN, mereka punya kemapuan keuangan yang lebih baik. Jika ditanya begini, kenapa Bank SulutGo tidak seperti nank ini dan itu.Jadi kalau kemapuan keuangan BSG seperti mereka maka Bank BSG sudah lebih baik dari mereka. Aset BSG hanya Rp20 triliun sedangkan aset bank mencapai Rp2000 tirliun. Coba dibandingkan Rp20 triliun dan Rp2000 triliun ini berbeda. Tidak bisa aple to aple. Nah, digitalisasi BSG bergerak secara bertahap. Jadi kita punya skala prioritas dimana yang bisa kita digitalisasikan tentu dengan transaksi-transaksi pemerintah daerah dan bagaimana kita mendorong pemerintah daerah ini supaya PAD meningkat. Tentu kita ikut disitu karena kita punya benefit juga disitu. Kita sudah punya Kasda online dan BSG though dan sebentar lagi akan diluncurkan QR Code Indonesian Standar (QRCIS) Bank SulutGo sendiri dan ini sementara jalan,” jelasnya.

Semua bertahap, kata Pepah sesuai kemapuan keuangan BSG, Karena keuangan BSG lebih kecil kemampuannya dibandingkan dengan Bank BUMN atau Bank swasta yang lain sehingga semuanya bisa di jalankan secara bertahap. Digitalisasi ini sudah ada road map dan diharapkan BSG berdiri, minimal bisa mengikuti walaupun hanya sebagai follower dan mengikuti pada Bank-Bank yang besar, minimal BSG tidak ketinggalan.

Ke depan tetap menjaga Bank SulutGo ini, harus beroperasi menjadi Bank yang sehat dan harus mengelola secara prudent (pengelolaannya harus hati-hati) dan Bank ini bisa memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan masyarakat Sulawesi Utara.

“Segmen kita juga bagi pengusaha kecil. Kita tidak akan memberikan kredit yang besar-besar, biarlah mengambil pengusaha kecil dan mikro bukan menengah. Sehingga kita harapkan bisa masuk di situ walaupun costnya tinggi. Berbeda kalau kita berikan kepada satu pengusaha besar seratus miliar hanya berurusan satu orang atau satu perusahaan tetapi kalau kita berikan kredit lima puluh juta, untuk mencapai angka seratus miliar kita harus berikan ke sepuluh ribu orang. Coba bayangkan, disitu memang mahal tetapi segmen kita memang harus di situ. Karena kalau kita main ke pengusaha besar pertama kita tidak menciptakan ekonomi multi player. Dan kita tentu lebih konsentrasi kepada retail Bank yaitu kecil dan mikro,” imbuhnya.(*)

Tinggalkan Balasan