Jakarta, Kawanuapost.com – Pemilu Presiden 2014 menghadirkan polemik terbuka antarpurnawirawan tentara kubu Prabowo-Hatta dan Joko-Kalla. Bagaimana menyikapi perang mantan jenderal dalam Pilpres ini?
Persoalan Hak Asasi Manusia (HAM) yang dituduhkan kepada calon presiden Prabowo Subianto menjadi pemicu polemik terbuka antarpurnawirawan. Para pensiunan tentara itu tersebar pada barisan pendukung dua kandidat secara merata.
Seperti yang dilakukan mantan Panglima ABRI Wiranto yang menyebutkan Prabowo merupakan pihak yang berinisiatif melakukan penculikan terhadap aktivis pada tahun 1998. Namun, mantan Kasum TNI Johanes Suryo Prabowo, yang kini menjadi tim pemenangan Prabowo-Hatta menuding Wiranto berbohong.
Pemerhati politik-militer Salim Said menegaskan, publik tidak perlu khawatir dengan adanya polarisasi antarpurnawairan tentara dalam Pilpres saat ini. Ia beralasan, kini mereka telah menjadi warga sipil. “Mereka tidak punya bedil lagi. Jadi tidak perlu dirisaukan,” kata Salim di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Jumat (20/6/2014).
Lebih lanjut Salim mengatakan, munculnya persoalan atas keterlibatan purnawirawan juga disebabkan persepsi publik. Menurut dia, saat ini persepsi yang muncul mantan tentara tidak boleh berpolitik. “Memang kenapa tentara dukung mendukung? Kenapa mantan TNI tidak boleh. Yang bikin ribut kita, mereka purnawirawan haknya sama dengan kita,” tegas Salim.
Ia juga menampik istilah tentara hijau dan tentara merah putih. Menurut dia, secara kultural latar belakang tentara berasal dari berbagai unsur di masyarakat, ada yang berasal dari keluarga Islam, abangan, serta Kristen. Menurut dia, latar belakang tentara tak lagi menjadi penting karena ada sumpah sapta marga.
“Dulu ada tentara yang akur sama Prabowo, sekarang tidak akur. Sekarang urusannya kepentingan, siapa dapat apa. Semua yang ikut itu punya kepentingan. Tidak ada ideologi. Ini soal dapat apa,” tegas Salim.
Hal senada ditegaskan peneliti LIPI Indria Samego. Menurut dia, saat ini tidak relevan lagi menggunakan istilah tentara hijau dan tentara merah putih. Situasi yang terjadi saat ini terhadap para purnawirawan murni urusan politik praktis. “Karena para purnawirawan itu punya cita rasa politik,” ucap Indria.
Terkait substansi masalah yang dituduhkan terhadap Prabowo, Indria mengatakan apa yang dilakukan tentara masa lalu merupakan bagian dari paradigma masa lalu yang menempatkan tentara menjadi instrumen politik. “Masa lalu tidak bisa didekati dengan HAM sekarang. Kasus Prabowo saat ini menjadi politis,” tandas Indria. [Ic]