JAKARTA – KawanuaPost.com – Bentrok antarwarga masih terjadi di awal tahun 2016. Tercatat, satu orang tewas di Cengkareng, Jakarta Barat dan dua orang terkena busur panah saat bentrok antarwarga di Mimika, Papua kemarin.
Menanggapi hal itu, pengamat Psikologi Sosial, Intan Erlita mengatakan, di tahun monyet api peristiwa tauran antarwarga akan semakin marak terjadi. Sebab, pemerintah dinilai gagal menumbuhkan rasa persaudaraan antarsesama warganya.
“Ini penyebabnya karena masyarakat saat ini lebih arogan. Solidaritas menjadi kebablasan karena pemerintah gagal menumbuhkan rasa persaudaraan antar warga,” terang Intan saat berbincang dengan wartawan, Senin (4/1/2016).
Oleh karenanya, lanjut Intan, pemerintah harus bisa menumbuhkan rasa persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, tawuran antarwarga dapat diminimalisir.
“Misalkan membuat kegiatan-kegiatan sosial seperti gotong royong, karena itukan sudah jarang dilakukan oleh aparat pemerintahan terhadap warganya,” imbuhnya.
Selain mengadakan kegiatan sosial, kata Intan, aparat kepolisian diminta proaktif dalam melakukan pendekatan persuasif ke masyarakat. Apabila masih bentrok, aparat kepolisian diimbau memberikan hukuman berat terhadap para pelaku.
Hukuman berat dinilai mampu memberi efek jera, serta contoh bagi warga lainnya untuk tidak melakukan hal serupa. “Kalau hal ini dibiarkan maka angka tawuran antarwarga akan semakin tinggi. Polisi juga harus melakukan pendekatan secara persuasif. Jika sudah dilakukan kegiatan sosial dan pendekatan persuasif tetap terjadi maka diberikan hukuman berat saja warganya untuk efek jera,” tegas Intan.
EDITOR : HERMAN M.