JAKARTA a�� KawanuaPost.com – Sebanyak 18 prajurit Filipina tewas usai baku tembak dengan kelompok teroris Abu SayyafA� pada Sabtu 9 April 2016. Meski demikian, Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq memastikan hal tersebut tak berkaitan dengan pembebasan 10 warga negara Indonesia (WNI) yang sedang disandera kelompok tersebut.
“Tidak ada kaitannya dengan WNI kita. Itu kan operasi militer yang di Basilia, dan WNI kita di Kepulauan Sulu, di wilayah selatan Filipina,” ujar Mahfud di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2016).
Terkait pembebasan sandera, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini tidak meyakini akan dibebaskan melalui operasi militer. Sebab, hal itu cukup berisiko terutama bagi keselamatan para sandera.
“Saya dari awal tidak yakin itu diselesaikan melalui operasi militer, karena riwayatnya operasi militer risikonya tinggi terutama bagi para sandera,” imbuhnya.
Karena itu, Mahfud memilih realistis dan meminta pemerintah untuk terus mengupayakan negosiasi. Apalagi, kelompok Abu Sayyaf terus berkomunikasi dengan perusahaan 10 WNI tersebut.
“Kalau saya pada titik realistis saja, kalau targetnya pembebasan WNI, maka melalui jalan negosiasi, tapi bukan melalui pemerintah melainkan perusahaan kapal yang bersangkutan. Dan, kelompok Abu Sayyaf itu kan sudah mengontak perusahaan tersebut. Dan, infonya kesepakatan negosiasi hari ini, tapi saya tidak tahu sudah deal atau belum,” tukasnya.
EDITOR : HERMAN M.