JAKARTA a�� KawanuaPost.com – Masalah kesehatan ibu dan anak sebenarnya tidak hanya terjadi di wilayah terpencil melainkan juga di wilayah perkotaan. Hidup di daerah dengan fasilitas kesehatan yang minim menjadi tantangan yang lebih berat dalam mewujudkan kualitas kesehatan ibu dan anak yang baik.
Adalah Yunita Alvera Manobi, wanita kelahiran Wamena ini menjadi saksi banyaknya proses persalinan di perkampungan Papua Barat yang berlangsung dengan alat medis kurang memenuhi standar kesehatan. Kondisi ini menjadikan Yunita tergerak untuk memotori perubahan di Distrik Klamono, Sorong, Papua Barat.
Menurut data Dinas Pemerintah Sorong, terdapat 225 kasus gizi buruk dan kurang gizi ditangani Dinas Kesehatan Kota Sorong 2015. Artinya, kemungkinan besar apa yang terjadi di lapangan lebih besar daripada jumlah tersebut. Peran posyandu sangat penting dalam upaya mengentaskan gisi buruk dan kurang gizi.
Pertamina melalui program Pertamina Sehati bersama Yunita dan Yayasan Anak Persada mendampingi lima posyandu yang ada di Distrik Klamono. Program bantuan Pertamina Sehati yang pertama kali dilakukan adalah meningkatkan kualitas fasilitas posyandu melalui revitalisasi. Yunita sendiri mulai aktif terlibat dalam pemberdayaan posyandu Distrik Klamono pada tahun 2014.
Wanita 37 tahun kelahiran Wamena ini juga kerap memberikan pelatihan kepada para kader posyandu. Seperti permasalahan yang lumrah ditemui di sebagian besar posyandu di daerah terpencil, tingkat kunjungan posyandu di Distrik Klamono pada awalnya sangat rendah. Melalui program Pertamina Sehati, Yunita gencar melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga.
“Kini sedikit demi sedikit, tingkat kehadiran ibu dan balita di posyandu mulai meningkat serta angka gizi buruk dan gizi kurang dapat ditekan walaupun belum signifikan,” ucap Yunita yang pernah meraih Pertamina Award 2015 sebagai Local Hero untuk kategori Kesehatan itu.
Dirinya mengakui, memang tidak mudah untuk mengubah perilaku masyarakat di sana untuk sadar akan pentingnya kesehatan ibu, bayi dan balita. Namun, ia tidak pernah menyerahkan kondisi seperti itu dan dia terus berjuang bagaimana mengubah prilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
“Keinginan para ibu untuk datang ke Posyandu masih sangat kurang. Salah satu cara saya adalah membuat kuis atau memberikan hadiah kecil-kecilan yang isinya sabun cuci, minyak goreng dan sabun mandi untuk memotivasi mereka datang sekaligus memberikan edukasi,” tambahnya.
Selain mengupayakan cara menarik ibu-ibu untuk memeriksakan diri dan anaknya ke posyandu secara rutin, Pertamina juga mengenalkan a�?Sistem 5 Mejaa��. Sistem 5 Meja merupakan kegiatan standar operasional prosedur yang harus dilaksanakan oleh sebuah posyandu. Sistem 5 Meja bukan berarti posyandu harus memiliki lima meja untuk pelaksanaannya, tetapi kegiatan posyandu harus mencakup lima pokok kegiatan.
Kegiatan yang dimaksud adalah pendaftaran balita/ibuhamil/ibumenyusui, penimbangan balita, pencatatan hasil penimbangan, penyuluhan serta pelayanan gizi, dan pelayanan kesehatan, KB, imuninasi serta pojok oralit. Dengan Sistem 5 Meja, posyandu dapat melakukan pengukuran dan pencatatan berat badan dengan lebih lengkap, lebih teratur dan sistematis.
a�?Wilayah operasi Pertamina tersebar di seluruh penjuru Tanah Air, tak terkecuali di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal. Untuk itu, kami tidak semata-mata melakukan operasional bisnis tapi juga memberikan perhatian kepada kesejahteraan warga di wilayah tersebut. Kami menyadari bahwa masalah kesehatan ibu dan anak di tanah air masih memprihatinkan. Melalui program Pertamina Sehati kami ingin berkontribusi dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi, serta gizi buruk dan kurang gizi,a�? ungkap Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro.
Selain mengenalkan Sistem 5 Meja, Pertamina juga memberikan bantuan berupa makanan tambahan kepada balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang, serta monitoring kesehatan yang lebih intensif kepada balita-balita di Distrik Klamono. Pertamina juga mendorong kader-kader posyandu untuk lebih aktif menjemput ibu dan balita yang jarang keposyandu.
EDITOR : HERMAN M.