KAWANUAPOST.COM – Ledakan bom di Pantai Kuta, Bali pada 11 Oktober 2002 menimbulkan perhatian dunia internasional. Tiga rangkaian bom yang terjadi pada malam hari itu mengakibatkan 202 orang meninggal dunia dan ratusan orang lainnya mengalami luka.
Dua ledakan pertama terjadi di Paddya��s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali. Sedangkan ledakan ketiga terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan laporan Tim Investasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri disimpulkan bahwa bom yang digunakan berjenis TNT. Bom besar yang meledak di luar Sari Club memiliki berat sekira 1.200 kilogram. Demikian sebagaimana dilansirA�History, Rabu (12/10/2016).
Selain puluhan orang tewas, bangunan kelab seperti jendela dan lantai hancur dan darah bercucuran di mana-mana. Kejadian ini ikut mencoreng wajah Indonesia di mata dunia. Indonesia dipersepsikan sebagai sarang dan tempat pergerakan para teroris. Bahkan, Presiden Megawati Soekarno Putri turun tangan langsung menyelesaikan kasus ini. Pada saat itu, ia meminta kepada pihak keamanan untuk menuntaskan kasus ini paling lambat akhir tahun.
Pemerintah Australia bahkan terus mendesak dan memprotes Indonesia. Sebab, sebagian besar korban tewas adalah warga Australia yang tengah mengadakan liburan di Pantai Kuta. Dua bom lainnya juga meledak pada hari yang sama. Satu bom yang dikemas dalam tas ransel meledak dalam sebuah bar.
Insiden Bom Bali sempat mengubah pandangan dunia tentang Pantai Kuta di Bali. Indonesia dipersepsikan sebagai tempat yang tidak aman untuk melakukan liburan dan kunjungan wisata. Hal ini mendorong sejumlah negara termasuk Australia mengeluarkan larangan terbang ke Indonesia. Terlebih, setelah rangkaian Bom Bali, terjadi sejumlah ledakan bom lainnya di berbagai tempat di Indonesia.
Kendati demikian, beberapa pekan setelah ledakan bom, pihak keamanan mulai menemukan titik terang. Polri merilis sketsa wajah tiga pelaku pengeboman. Berdasarkan informasi dari pihak keamanan, tiga rangkaian bom bunuh diri itu dilakukan oleh kelompok militan Islam, Jamaah Islamiyah.
Kelompok tersebut diduga kuat memiliki hubungan erat dengan jaringan teroris di Timur Tengah yaitu Al Qaeda. Jamah Islamiyah sebelum ini juga disebut bertanggungjawab atas pemboman di Hotel Marriot, Jakarta pada 2003 dan Kedutaan Besar Australia di Indonesia, serta bom bunuh diri di tiga restoran di Bali pada 1 Oktober 2005.
Setelah melakukan penyelidikan intensif, kepolisian Indonesia menemukan bahwa pelaku yang terlibat dalam penyerangan Bom Bali I adalah Ali Imron dan sejumlah teroris lainnya. Kendati demikian, Abu Bakar Baasyir yang diduga sebagai salah seorang yang terlibat dalam aksi pengeboman ini dinyatakan tidak bersalah.
EDITOR : HERMAN MANUA.