JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono marah bukan kepalang. Di depan 200 perwira tinggi TNI-Polri yang hadir dalam pertemuan di Kementerian Pertahanan, SBY menuding adanya petinggi TNI aktif yang tidak netral dengan melakukan ajakan untuk mendukung capres tertentu.
”Ada pihak-pihak yang menarik-narik sejumlah perwira tinggi untuk berpihak pada yang didukungnya,” kata Presiden di Jakarta, kemarin.
Yang membuat SBY kesal, informasi yang ia terima bukan sekadar isapan jempol yang tidak ada nilainya. ”Informasi yang telah dikonfirmasikan tentu bukan konfirmasi yang tidak ada nilainya,” ungkapnya.
Ia menyebutkan petinggi TNI itu menyatakan Presiden Yudhoyono tidak perlu lagi didengarkan.
”Bahkan ditambahkan, ‘Tidak perlu mendengar presiden kalian. Kan itu presiden kapal karam. Lebih baik cari presiden baru penuh sinar’,” ucapnya.
Bagi SBY, ajakan berpihak itu sudah merupakan benih subordinasi. ”Sebenarnya itu menabrak Sapta Marga dan sumpah prajurit. Karenanya, berhati-hatilah. Jangan tergoda. Tidak baik bagi para perwira yang diajak seperti itu, tidak baik bagi lembaga TNI-Polri, dan tidak baik bagi negara,” tegasnya.
Menko Polhukam Djoko Suyanto menyebut kemarahan Presiden merupakan hal yang wajar. Apalagi, infonya sudah dikonfirmasikan dan diklarifikasi. Soal tindak lanjutnya, Djoko mengatakan itu berpulang kepada Presiden.
Di kesempatan berbeda, cawapres Jusuf Kalla meminta aparat TNI-Polri yang masih aktif tidak ikut serta berpolitik dalam pilpres.
JK menjamin ia dan capres Joko Widodo tidak bakal mengajak aparat TNI-Polri aktif untuk berkampanye agar menang dalam Pilpres. ”Tidak ada itu melibatkan anggota TNI-Polri yang masih aktif ke dalam tim kita.”
KSAD Jenderal Budiman mengatakan pernyataan Presiden akan menjadi bahan introspeksi. ”Sejauh ini, ke depan, jaminannya adalah rasa kehormatan TNI-AD. Jika terbukti ada yang mengarah tidak netral, apalagi sampai melanggar pidana, yang bersangkutan akan diberhentikan dari TNI.”
Ia juga menepis isu pergantian jabatan yang menyangkut dirinya. ”Saya tidak dengar itu, mudah-mudahan tidak benar.” (mic)