JAKARTA – KawanuaPost.com – Untuk memperkuat dan menjaga poros maritim TNI dan pemerintah berupaya keras dan menyacri jalan keluar yang efekyif dalam hal ini. Karena poros maritim dinilai sangat berpengaruh kepada seluruh keutuhan NKRI.
Salah satu cara untuk memperkuat poros tersebut adalah meletakan anggota TNI maupun POLISI.tidak hanya itu saja Pemerintah dan pihak terkait menyiapkan pesawat tanpa awak untuk berpatroli.
Tidak lama lagi Indonesia juga akan memiliki pesawat amfibi yang cocok untuk menjaga laut Indonesia. Pesawat ini sedang dikembangkan Institut Teknologi Bandung dan sudah dipesan Badan Keamanan Laut (Bakamla) untuk patroli laut.
“Agustus nanti prototipenya akan diuji coba. Diharapkan Desember 2015 sudah siap,” kata Sekretaris Utama Bakamla Laksamana Pertama (Maritim) Dicky R. Munaf, di Jakarta, Selasa (4/8).
Dicky berharap Januari 2016 nanti pesawat tersebut bisa dipakai Bakamla untuk patroli keamanan laut. Dicky menceritakan Bakamla langsung kepincut dengan pesawat amfibi yang didesain guru besar Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung, Profesor Mulyowidodo, itu.
Pesawat yang memiliki dua lambung (katamaran) ini didesain bisa langsung berselancar begitu menyentuh air laut. Pesawat amfibi ini juga kukuh terhadap terjangan ombang hingga tiga meter.
Satu unit pesawat ini diharga Rp3,5 miliar. Bakamla memesan enam unit seharga Rp45 miliar. Pesawat ini juga mampu membawa tiga awak yang terdiri dari pilot, navigator, dan penyidik.
“Jadi, ketika ditemukan kapal yang melanggar aturan, kami bisa langsung memprosesnya di atas kapal,” kata Dicky. Pilot yang akan menerbangkan pesawat ini nantinya akan diambil dari prajurit TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara.
Walaupun buatan dalam negeri, Dicky optimistis kualitasnya tak diragukan. Menurutnya, pesawat ini sudah lulus sejumlah sertifikasi penerbangan. “Bahkan sudah lolos uji balistik 125 meter,” katanya.
Kepala Subbiro Sarana dan Prasarana, Bakamla, Letkol Marinir Rochmat Agus Setiawan mengatakan kapal ini penting untuk kegiatan intelijen dalam sebuah operasi laut.
Pemilihan model kataraman, kata dia, tak lain untuk menjawab tantangan tugas. “Agar stabil saat berlayar di laut dan operasionalnya bisa maksimal,” imbuhnya.
Rangka pesawat ini dibuat dari titanium. Bodinya sebagian besar campuran karbon fiber. “Karbon fiber memiliki keuletan dan kekerasan yang tinggi, namun bobotnya ringan,” kata Rochmat.
Di setiap lambung juga terdapat semacam tuas sebagai pengganti roda di pesawat. Tuas ini untuk meningkatkan daya angkat ketika akan terbang. Di laut, kecepatan pesawat amfibi ini maksimal mencapai 300 hingga 400 knot.
EDITOR : HERMAN. M.