BOGOR – KawanuaPost.com – Gejala merosotnya spirit nasionalisme dan patriotisme, tak pelak bisa menjerumuskan anak Indonesia pada situasi ekstrem, hingga hal terburuk bisa jadi sasaran empuk pengkaderan paham radikal.
Belum lagi kegalauan anak dan remaja Indonesia juga ditopang cepatnya dinamika globalisasi dan teknologi informasi. Jika mereka tumbuh tanpa bimbingan dan perlindungan, nilai-nilai luhur seperti toleransi, gotong-royong, kebersamaan dan kebhinekaan akan kian tergerus.
Anarkisme dan perangkap radikalisme anak Indonesia, akan jadi hal yang paling tidak diinginkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, dalam sambutannya di Forum Anak Nasional 2015, di Bogor, Jawa Barat.
“Kementerian sedang giat mengembangkan kabupaten/kota layak anak, dalam rangka mewujudkan lingkungan yang ramah dan peduli terhadap pemenuhan hak tumbuh kembang dan perlindungan anak,” terang Menteri Yohana.
“Dalam situasi yang ekstrem, anak-anak yang tidak terlindungi, tidak tertutup kemungkinan menjadi sasaran kelompok radikal, khususnya remaja yang sedang mencari jati diri dan kepribadian yang relatif labil,” lanjutnya.
Dengan terwujudnya lingkungan tempat tinggal yang layak untuk anak dan remaja, mereka akan lebih aktif dalam berbagai hal positif.
Hal itu diharapkan jadi penangkal anak Indonesia tak hanya dari paham radikalisme, tapi juga mencegah mereka jadi korban kekerasan dan pelecehan. “Oleh karena itu, pemerintah mendorong agar anak-anak menjadi warga negara yang aktif,” tandas Menteri Yohana.
EDITOR : HERMAN. M.