JAKARTA – KawanuaPost.com – Fenomena bakal calon tunggal di tujuh daerah dalam gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2015, mengambarkan kegagalan partai politik (Parpol) dalam melakukan kaderisasi di akar rumput.
“Gagalnya partai politik melakukan kaderisasi kepemimpinan pada level daerah,” terang pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Achmad Bakir Ihsan kepada Wartawan, Minggu (9/8/2015).
Selain dari pada itu, penyebab minimnya bakal calon dalam perebutan kepala daerah, dikarenakan biaya untuk mengikutinya terbilang cukup mahal. Alhasil pragmatisme partai telah membunuh kader-kader potensialnya.
“Mahalnya mahar atau biaya politik, sehingga lebih mengedepankan kuantitas uang dari pada kualitas orang dan karenanya, masyarakat kehilangan sosok pemimpin yang layak dipilih. Bahkan pada titik tertentu, muncul antipati,” tambahnya.
Bila kondisi tersebut terus berlangsung, akan berdampak pada apatisme masyarakat terhadap parpol dan pada akhirnya, akan mengancam terhadap kelangsungan demokrasi.
“Ini fenomena terbalik. Dengan yang terjadi di negara yang lebih lama menerapkan demokrasi, di negara-negara tersebut, seperti Australia yang menjadi ancaman adalah rakyat yang partisipasinya menurun, di Indonesia justru parpolnya,” tutup Achmad.
EDITOR : HERMAN. M.