JAKARTA – KawanuaPost.com – Sejarah. Entah itu dalam hal pelajaran maupun untuk sekadar diperingati, seolah jadi hal kesekian yang diprioritaskan masyarakat, terlebih generasi muda saat ini. Terbukti bisa dihitung betapa minimnya pemuda yang ingin jadi sejarawan atau peneliti sejarah, jika dibandingkan dengan mereka yang ingin jadi dokter atau pebisnis.
Padahal jika ingin mengutip “keluh” para pelaku sejarah di masa lampau, ‘takkan ada masa kini tanpa masa lalu’. Hal inilah yang kiranya ingin didobrak pengarang serta ilustrator komik Edna Caroline dan Thom Dean.
Di masa sekarang ini, mengenalkan sejarah memang tak bisa hanya mengimbau generasi muda Indonesia ke sejumlah museum. Sarana yang lebih atraktif diperlukan, seperti film animasi “Battle of Surabaya” yang baru akan tayang 20 Agustus 2015 mendatang, atau dengan komik yang saat ini digalakkan Edna dan Thom Dean.
Lewat karangan komik “Komando Rajawali”, keduanya ingin mengenalkan sejarah masa revolusi Indonesia, baik di saat sebelum maupun setelah kemerdekaan Indonesia, lewat cerita fiktif dengan latar belakang satuan yang pernah dibentuk Jenderal Gatot Soebroto.
“Saya ingin mengenalkan pembaca dengan cerita sejarah kemerdekaan Indonesia. Karakter fiksi dalam komik bertemu dengan karakter-karakter penting yang nyata, seperti Gatot Subroto, Sudirman, Soeharto, dan Supriyadi,” jelas Thom Dean.
Mereka mencoba mengenalkan sejarah lewat komik itu di event Popcon Asia 2015, di JCC Senayan, Jakarta. Dalam komik tersebut, Edna memaparkan kisah empat sekawan, Panji, Jarwo, Ahong, Alit, serta seekor monyet yang tergabung di Komando Rajawali.
Kisah itu mengambil tempat di Purwokerto, Jawa tengah dan mengambil waktu pada masa 1944-1949, di mana empat sekawan itu berusaha menyelamatkan keluarga Ahong yang diculik serdadu Belanda.
Panji yang memimpin satuan itu, selalu tampil dengan ciri khas topeng merah buatan sang Ayah. Dia juga pemberani, rajin salat dan pemalu jika sudah berhadapan dengan wanita, seperti Pertiwi, adik dari sahabatnya, Alit.
Adapun karakter Ahong yang keluarganya diculik, digambarkan sebagai sosok keturunan Tionghoa yang supel, jago kungfu dan berasal dari keluarga pedagang kaya di Purwokerto.
Karakter Alit digambarkan dengan sosok dengna postur besar, setia kawan, serta punya seorang ibu dan adik yang harus dijaganya, lantaran sang ayah jadi korban kerja paksa “romusha”.
Sementara tokoh Jarwo, digambarkan sebagai seseorang yang pandai soal teknik mesin dan listrik, tapi sedikit tertutup atau introvert. Jarwo pandai soal itu lantaran belajar dari ayahnya yang bekerja di bengkel tangsi tentara Jepang.
Dalam komik tersebut, seekor monyet bernama “Bandrek”, turut disertakan, sebagai representasi panggilan sayang Jenderal Gatot Soebroto, yang sering menyebut “monyet”. Sebagai panggilan sayang pada anak buahnya.
“Keempat orang dan satu monyet ini adalah tokoh fiksi. Namun latar belakang cerita, tokoh, tempat dan waktu adalah nyata. Contohnya Si Bandrek ini. Sekalian saya ciptakan karena panggilan dari Gatot Subroto untuk anak buahnya tambah Thom.
Untuk produksi komik ini, Thom mengaku sudah terlebih dulu melakukan riset selama empat bulan. Dia sengaja mengangkat masa revolusi 1944-1949, lantaran banyak peristiwa besar yang berpengaruh pada lahirnya republik ini, jelang HUT RI ke-70.
“Banyak peristiwa yang terjadi. Ada Perang Dunia II, pemboman Hiroshima dan Nagasaki, pemberontakan (PETA) di Blitar, hingga serangan (umum) 1 Maret, hingga pada serial terakhir bercerita saat adanya Agresi Militer II saat sekutu ditarik,” imbuhnya lagi.
Respons atas lahirnya komik ini juga cukup tinggi. Seperti yang diuraikan Ira Mahadini, salah satu penggemar komik yang turut tertarik akan kisah sejarah Indonesia.
“Saya suka komik Indonesia, karena jarang ada cerita komik yang bagus. Saat membaca, sangat seru dan bikin deg-degan,” aku Ira.
Antusiasme penggemar dan terutama para pelajar SD hingga SMP yang memang mereka jadikan target, membuat Thom berencana melanjutkan proyek cerita dalam komik tersebut dengan latar yang berbeda.
“Rencananya, keempat tokoh ini bisa berpetualang di laut atau udara. Namun masih berkelanjutan dari komik sebelumnya,” tuntas Thom.
EDITOR : HERMAN. M.