MANADO, KAWANUAPOST.COM – Lagi-lagi kesalahan medis terjadi di Puskesmas Lirung, Kabupaten Kepulauan Talaud. Banyak kesalahan dalam dunia medis dapat berakibat fatal. Karena itu para petugas medis dituntut untuk selalu teliti, cekatan dan cermat dalam penanganan pasien. Jangan sampai terjadi kesalahan berujung sampai menghilangkan nyawa pasien seperti yang dialami Praynia Marungsenge. Praynia adalah pasien yang mengalami gangguan dalam tubuhnya akibat kesalahan dokter yang merawatnya.
Anak gadis berusia 18 tahun itu sebelumnya menjalani perawatan sakit Maag di Puskesmas Lirung. Praynia Marungsenge, kepada kawanuapost.com, mengatakan dalam menjalani perawatan, sungguh membuatnya resah karena tensi darahnya rendah 80/60, sehingga dokter nyatakan harus diinfus.
Saat proses pemasangan infus tiba-tuba terjadi kesalahan karena setelah pencabutan selang infus, abocath (ujung selang jarum suntik infus) ketinggalan di dalam tangan pembuluh darah pasien.
Menurutnya, sebelum selang infus dimasukan ke pembulu darah tangannya dirinya meminta dihadirkan kedua orang tuanya (Mama dan Papa Pasien) untuk mendampinginya. Ketika gagal disuntik di sebelah kiri tangan pasien kemudian perawat pindah menyuntik infus ke sebelah kanan tangannya dengan nada kasar bahwa masih banyak pasien yang akan dirawat.
Setelah infusnya dipasang ditangan kanannya pasien, selang waktu 1 menit, tangan yang diinfus itu langsung bengkak dan perawatnya langsung mencabut selang infus dan ujung selang infus (abocathnya) tertinggal ditangan Praynia Marungsenge.
“Saya kaget melihat tangan kanan saya sudah bengkak dan perawat terlihat bingung sehingga memegang tangan saya yang bengkak sambil meremas-remas tangan saya lantaran ketakutan ujung selang infus ketinggalan dalam pembulu darah ditangan kanan saya,’ ungkap Marungsenge.
Selang waktu 5 menit, perawat langsung beranjak dari ruangan pasien kemudian memanggil dokter Osi Yustiti, untuk penangan lebih lebih lanjut. Setibanya Dokter Osi Yustiti, bukannya langsung ditangani justru memarah-marahi pasien sambil menekan tangan pasien yang bengkak itu untuk berupaya mengeluarkan abocath dari pembulu darah tangan pasien yang lagi bengkak tersebut.
Pasien 18 tahun ini mengatakan, hari Minggu 30/06/2019 pukul 20:00 (jam 10 malam) dokter tidak berhasil mengeluarkan abocath dari tangan kanannya, trus dikter mengambil peralatan bedahnya kemudian memegang pisau dan langsung membedah (iris dengan pisah bedah) tangannya dengan bantuan senter sebagai penerang mencari abocath yang tertinggal ditangan pasien.
“Saya takut melihat darah. Saat tangan saya diiris oleh dokter saya merasa sakit karena suntik kram belum bereaksi saya sampai berteriak lantaran kesakitan diiris tangan saya. Sampe doktor iris-iris kita petangan kong dokter bilang pa perawat ngana dacucu dimana soh kong itu dia tatinggal didalam tangan pasien?” kata Praynia berdialek Manado.
Setelah pencairan abocathnya tidak berhasil ditemukan dalam tangan pasein, kemudian dokter langaung menjahit tangan pasien.
Orang tua pasien ibu Viane Mumu, Sabtu (14/07/2019) mengatakan, dirinya tidak menerima perlakuan pihak Puskesmas Lirung, melakukan pembedahan kepada anaknya tanpa meminta izin dan persetujuan keluarga.
“Kami sebagai orang tua merasa kecewa dan tidak menerima perlakukan dokter dan perawat di Puskesmas Lirung, untuk melakukan pembedahan apalagi moiris-iris tangan anak saya tanpa meminta izin kepada kami keluarga,” tutur orang tua pasien ini sambil menangis.
Selesai tangan pasien dijahit, malam itu juga dokter langsung memanggil orang tua pasien dan mengatakan bahwa anaknya harus dirujuk ke Rumah Sakit Mala, Kecamatan Melonguane, Kepulauan Talaud.
Pukul 23:00 (jam 11 malam) pasien tiba di Rumah Sakit Mala Melonguane dan pasien langsung ditangani Dokter Umum di ruang IGD untuk dilakukan operasi mengeluarkan abocath yang tertinggal di tangan kanannya pasien.
Viane Mumu menjelaskan, proses operasi ankanya malam itu, tidak membuahkan hasil dan abocathnya tidak ditemukan sehingga pihak rumah sakit membuat surat rujukan ke Rumah Sakit Teling Manado.
“Jumat (05/07/2019) pasien tiba di Rumah Sakit Teling Manado. Tiba-tiba dokter dan perawat dari Lirung menerobos masuk kemudian mengatakan pasien bernama Praynia Marunsenge adalah pasien yang kami rawat di Lirung, yang sakit Maag dan penyakit dalam,’ ujar orang tua pasien Viane Mumu.
Herannya, lanjut Viane Mumu, kenapa dokter dan perawat dari Lirung menerobos masuk ke dalam ruangan Dokter Poli Bedah di Rumah Sakit Teling, tanpa menunjukan surat pengantar dari Puskesmas Lirung.
“Saya pergi membawa anak saya ke RS Teling Manado untuk mengecek posisi abocath yang tertinggal di tangan kanan anak kami. Setalah anak saya dimasukan ke ruangan MRI, petugas radiologi mengatakan hasil tidak bisa difilmkan dan hanya bisa dijelaskan oleh dokter poli bedah. Satu minggu kemudian kami disuruh balik untuk mendapatkan hasil abocathnya yang tertinggal di tangan kanan anak kami,” pungkas Viane Mumu.
Dokter Umum Puskesmas Lirung Dr. Osi Yustiti, mengatakan dalam melakukan pembedahan ditubuh pasien tidak semua perlu meminta izin kepada pihak keluarga melihat kondisi pasien.
Dr. Osi Yustiti mengakui bahwa dirinya yang melakukan pembedahan kepada pasien bernama Praynia Marungsenge di Puskesmas Lurung, Kabupaten Talaud.
“Abocathnya Belum pasti tertinggal di dalam tangan pasien. Masih curiga. Untuk melakukan pembedahan kepada pasien tidak harus meminta izin pihak keluarga karena melihat kondisi pasien,” kata dokter Yustiti (Minggu 14/07/2019) melalu teleponi selular. (Arthur Mumu)