Dua Tewas dan Ratusan Luka, Berdesakan di Festival Keagamaan

Ratusan luka serta dua tewas akibat tidak kuat ikut berdesakan di festival Black Nazarene. (Foto: AFP)
Ratusan luka serta dua tewas akibat tidak kuat ikut berdesakan di festival Black Nazarene. (Foto: AFP)

MANILA a�� KawanuaPost.com – Dua orang tewas dan ratusan lainnya terluka setelah berdesak-desakan saat merayakan salah satu festival keagamaan besar di Filipina. Peristiwa itu bermula saat ratusan orang yang tanpa menggunakan alas kaki tersebut berusaha melihat dan menyentuh patung Yesus yang dipercaya memiliki kemampuan menyembuhkan.

Dilaporkan, lebih dari 1 juta orang berkumpul mengikuti Festival Black Nazarene di jalanan ibu kota Manila pada Sabtu 9 Januari. Mereka sangat ingin melihat dan berusaha menyentuh patung Yesus yang dibawa oleh pihak gereja.

Berdasarkan iman dan kepercayaan mereka, jutaan pria dan perempuan ini berlari serta saling berdesak-desakan untuk dapat menyentuh patung Yesus tersebut. Dikabarkan, sambil berlari para pemeluk agama Katolik ini juga menyerukan kata a�?Vivaa�? atau yang berarti a�?hidup atau dirgahayua��.

Romo Douglas Badong, pemimpin dari Gereja Manila, mengatakan bahwa salah satu penjaja makanan di festival tersebut tewas akibat serangan jantung.

a�?Karena kerumunan orang, panasnya cuaca, sehingga tubuhnya (penjaja makanan) tidak kuat menerima keadaan seperti itu,a�? kata Romo Douglas, sebagaimana diwartakan AFP, Senin (11/1/2016) kemarin.

Diberitakan juga, seorang pria berusia 27 tahun dikabarkan tewas akibat penyakit lever ketika pria malang tersebut membantu mengangkat patung Yesus untuk berkeliling di jalanan Manila.

Kepolisian Filipina mengatakan, setidaknya 1,5 juta orang mengikuti parade sepanjang 7 kilometer tersebut. Parade itu berakhir di gereja yang berada di pusat Kota Manila, tepatnya di Gereja Quiapo.

Banyak pemeluk agama Katolik di Filipina percaya bahwa festival Black Nazarene memiliki kemampuan menakjubkan dan banyak orang yang sedang sakit berusaha mati-matian agar dapat menyentuh patung Yesus yang menjadi ikon dari festival tersebut.

EDITOR : HERMAN M.

Tinggalkan Balasan