Tak Punya Soal di Laut Cina Selatan, Indonesia akan Terus di Depan

Myanmar: Menghadapi situasi Laut Cina Selatan yang terus menegang, Indonesia bersikap akan berada di depan untuk turut menyelesaikan persoalan secara damai. Indonesia tidak termasuk negara yang memiliki persoalan dan klaim di kawasan.

“Secara moral Indonesia terpanggil berperan secara aktif,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Nay Pyi Taw, Myanmar, Senin (12/5) pagi.

Situasi politik di Asia Timur dan Laut Cina Selatan menjadi perhatian serius dalam KTT ke-24 ASEAN. Setelah terjadi ketegangan antara RRT dan Filipina, kini berkembang ketegangan baru antara RRT dengan Vietnam.

Menurut Presiden SBY, RRT, Jepang, dan Korea Selatan adalah mitra dialog ASEAN, bahkan ASEAN dan ketiga negara tersebut berada dalam arsitektur kerja sama baru melalui East Asia Summit. Ada kepentingan ASEAN untuk peduli apa yang terjadi di Asia Timur. 

Meskipun belakangan terjadi lagi pengerahan kekuatan angkatan laut dan udara RRT di Laut Cina Selatan, bagaimana pun ASEAN harus melakukan sesuatu untuk meredakan ketegangan.

“Konon, menurut PM Vietnam, Tiongkok mengerahkan kekuatan laut dan udara yang dianggap cukup besar. Keadaan ini mencemaskan. Bagaimanapun ASEAN harus bersikap dan melakukan sesuatu untuk meredakan ketagangan itu, mencegah konflik terbuka,” Presiden menegaskan.

Indonesia, Presiden menambahkan, tetap pada prinsip bahwa apapun yang terjadi di kawasan Asia Timur, Asia Tenggara, dan Laut Cina Selatan, semua pihak harus mencegah penggunaan kekuatan militer dari pihak manapun. RRT atau negara-negara bersengketa, atau Amerika Serikat yang melibatkan diri, harus turut menciptakan stabilitas dan keamanan di kawasan. 

“Kuncinya adalah jangan ada yang tergoda untuk menggunakan kekuatan militer. Kalau itu bisa disepakati dan semua negara menaati, maka apapun ketegangan di Laut Cina Selatan bisa kita carikan solusi secara baik,” Presiden SBY menandaskan. (fbw/yun)

Tinggalkan Balasan