Manado.Kawanuapost – Rapat dengar pendapat (RDP) dilaksanakan Komisi III DPRD Sulut dengan Balai Prasarana Pemukiman (Praskim) yang membahas pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ilo-ilo, Selasa (3/11/2020).
Kepala Balai Praskim Wilayah Sulut, Rus’an M Nur Taib menguraikan, progres fisik TPA Ilo-ilo di bawah 5 persen dan masih dalam tahap persiapan penyiapan lahan dan akses jalan.
“Kendalanya, kegiatan non teknis terkait ganti rugi tanaman. Tapi kita sudah rapat dengan pemerintahan setempat Wori,” ujarnya.
Dia menambahkan, anggaran proyek ini sebesar Rp 100,89 miliar. Kendala yang dialami pihaknya secara teknis hanya kecil, namun kendala non teknis sangat tinggi karena kita berhadapan dengan masyarakat,” ungkapnya.
Dirinya menyampaikan, masih banyak masyarakat beranggapan bahwa proyek tersebut adalah tempat pembuangan sampah, padahal bukan demikian.
“TPA itu tempat pemrosesan akhir. Tidak ada masalah dari sisi lingkungan karena sudah dipersiapkan dari waktu lalu kurang lebih 4 tahun lalu dan mendapat dukungan dari pak gubernur untuk lahan,” ungkapnya.
Dari sisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ini disebutnya, sudah sangat baik. Besar keseluruhan lahan 30 hektare.
“Untuk yang Rp128 miliar itu tahap pertama yang kurang lebih 11 hektare. Plus lahan PLTS (pembangkit listrik tenaga sampah) itu 16 hektare. Jadi tinggal ganti rugi tanaman lahan itu kan secara keseluruhan lahannya sudah milik pemerintah,” tuturnya.
Ketua Komisi III DPRD Sulut, Berty Kapoyos mengemukakan, jika pemerintah berjanji akan memberikan sertifikat kepada masyarakat yang ada di Ilo-ilo pasti akan diberikan.
“Ilo-ilo tanah negara, tapi sudah ditempati masyarakat karena itu kewajiban pemerintah menyediakan tempat pemukiman bagi yang belum memilikinya, dan tidak mungkin pemerintah membangun kemudian tidak memperhatikan aspek lingkungannya,” ujar Kapoyos.
Dia pun merespon soal akan dilibatkannya masyarakat setempat untuk melihat langsung pengolahan sampah yang akan jadi contoh di luar negeri.
“Tanpa membuat janji pun saya rasa pemerintah bisa membawa masyarakat melihat tempat pembuangan sampah. Tapi sebenarnya pengelolaan sampah yang baik bukan di Jerman tapi di Jepang. Di situ ada tempat makan tapi tidak bau. Itu tempat sampah dengan teknologi yang canggih. Pemerintah juga sedang mencari investor agar sampah-sampah di Ilo-ilo bisa jadi pembangkit listrik,” imbuhnya. (CR)