Manado.Kawanuapost.com – Rapat dengar pendapat (RDP) Komisi II DPRD Sulut dengan mitra kerja Dinas Pertanian, Dinas Peternakan dan Dinas Pangan di ruangan rapat Komisi II, Selasa (26/07/2022).
Rapat dipimpin Ketua Komisi II, Sandra Rondonuwu dan didampingi Koordinator Komisi II Victor Mailangkay, Wakil Ketua Komisi Nick Adicipta Lomban, Sekretaris Herry Rotinsulu, dan anggota Kristo Ivan Lumentut, Jems Tuuk dan Nursiwin Dunggio.
Dalam pertemuan tersebut, komunikasi dua arah antara Komisi II dengan mitra kerja sangat baik, sehingga ada program kerja yang dilaksanakan oleh pihak eksekutif akan didukung sepenuhnya oleh pihak legislatif.
Sandra Rondonuwu mengemukakan, dirinya sangat gelisah dengan visi dan misi ODSK dalam peningkatan ekonomi di bidang pertanian.
“Dengan anggaran yang sangat minim di dinas bapak ibu sekalian, ini sangat memperihatinkan. Dan kami pun turut merasa bersalah karena kami juga duduk di Badan Anggaran tapi dana yang dialokasikan untuk ketiga dinas ini sangat minim,” ungkapnya.
Di sisi lain, persoalan yang terus dialami para petani ialah pupuk dan bibit tang berkualitas. “Kami Komisi II turun lapangan, pupuk dan bibit masih menjadi persoalan yang menjadi terus-menerus terjadi dan sampai sekarang belum ada penyelesaian,” bebernya.
Apabila krisis pangan global terjadi apa yang harus disiapkan. Tentunya program Marijo Bakobong dengan manfaatkan lahan tidur menjadi salah satu solusi. Namun, apakah ditunjang dengan anggaran di dinas-dinas bersangkutan? “Ini sangat tidak matching,” tegasnya.
Di sisi lain, Sandra bercerita, beberapa waktu lalu Komisi II melakukan kunjungan kerja ke Bali. Disana, mereka tidak menerima Babi dari luar Bali.
“Apakah boleh kita melakukan kebijakan yang sama agar Babi di Sulut tetap sehat? Artinya kenapa kita diperlakukan seperti itu? Dan seharusnya juga tidak akan menerima Babi dari luar Sulut,” ujarnya.
Khusus bidang pertanian, penerbangan sudah dibuka untuk Sulut ke Jepang dengan waktu sekitar 3-4 jam. Ini adalah sebuah peluang untuk dapat mengirim bahan pertanian ke negara tersebut.
“Potensi bahan pertanian apa yang paling unggul di Sulut untuk dikirim ke Jepang. Karena selama ini hanya mengirim Ikan Tuna langsung ke Jepang, sangat disayangkan apabila tidak mengambil peluang ini. Gubernur sudah membuka penerbangan ini hendaknya dimanfaatkan dengan baik. Untuk itu, pertanian organik harus segera dilaksanakan,” tuturnya.
Petani juga butuh benih padi yang berkualitas. Padi yang ada di Sulut, sudah berulang – ulang ditanam. Kenapa tidak memberikan perhatian kepada para petani, untuk mereka mendapatkan bibit padi yang berkualitas, agar menghasilkan juga beras yang berkualitas.
Dan untuk Captikus kadar alkohol 70 persen dapat digunakan untuk peternak ikan, sehingga tidak lagi membeli alkohol dari apotek. Jika demikian, para petani akan berlomba-lomba untuk menanam Pohon Aren. “Apabila program ini dilaksanakan, petani akan lebih sejahtera,” imbuhnya.(CR)